Show simple item record

dc.contributor.authorPRASETYO, Aji Bayu
dc.date.accessioned2022-09-14T07:26:05Z
dc.date.available2022-09-14T07:26:05Z
dc.date.issued2022-07-29
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/109466
dc.description.abstractCendawan Sclerotium rolfsi merupakan salah satu jenis patogen tular tanah (soil borne) yang dapat menyebabkan penyakit busuk pangkal, kerusakan yang diakibatkan sangat berarti pada tanaman kedelai. Penyakit ini dapat nenurunkan tingkat produktifitas tanaman hingga 100%. Tanaman kedelai yang terserang S. rolfsii dapat terjadi penurunan produktifitas yang tinggi karana tanaman akan mengalami layu yang akan berujung kematian. Proses pengendalian akibat serangan S. rolfsii dapat diatasi dengan menggunakan agen antagonis. Agen antagonis yang dapat digunakan salah satunya yaitu Pseudomonas fluorescens. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk organik dan P. fluorescens yang tepat dalam mencegah S. rolfsii pada tanaman kedelai serta pengaruh dari pemberian pupuk organik terhadap viabilitas P. fluorescens dalam tanah. Proses percobaan ini dilakukan pada bulan November 2021 sampai Februari 2022 yang dilakukan di Green House yang terletak di Gang Delima, Dusun Krajan, Desa Patrang, Kec. Patrang, Kab. Jember dan Laboratorium Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Pangan Hortikultura (PHPTPH) Tanggul serta Laboratorium Genetika, Mikrobiologi dan Bioteknologi, Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.Pengujian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 faktorial menggunakan perbandingan pupuk organik dan dosis P. fluorescens. Rancangan terdiri dari 12 perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 36 polybag. Setiap polybag terdiri dari 5 tanaman. Hasil percobaan dianalisis menggunakan analisis ragam dan apabila terdapat perbedaan yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple range Test (DMRT) dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukan bahwa Keparahan penyakit tanaman yang paling rentan yaitu dengan perlakuan tanpa penambahan kompos dan tanpa aplikasi P. fluorescens yaitudengan nilai 53.33% memiliki kriteria dalam kategori rentan. Sedangkan perlakuan penambahan kompos 7,5% dan tanpa aplikasi P. fluorescens dengan nilai 6.67% memiliki kriteria hasil yang paling baik dimana ini termasuk dalam kategori sangat tahan. Keparahan yang tinggi pada perlakuan tanpa kompos dan tanpa aplikasi P. fluorescens dapat terjadi karena jumlah koloni P. fluorescens di akhir yang paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lainya. Sedangkan pada perlakuan kompos 7,5% dan tanpa aplikasi P. fluorescens memiliki perhitungan koloni bakteri akhir yang paling besar. Perbedaan ini dapat terjadi diduga karena baktei mengkoloni daerah perakaran tanaman kedelai sehingga cendawan S. rolfsii susah untuk melakukan serangan ke perakaran tanaman kedelai. Pada penambahan kompos 7,5% menunjukan jumlah perhitungan koloni bakteri P. fluorescens yang paling dibandingkan dengan perlakuan kompos 0%. Perbedaan ini diduga karena dengan penambahan kompos maka C-organik akan meningkat sehingga bakteri P. fluorescens mendapatkan makanan untuk bertahan hidup dan berkembang biak.en_US
dc.description.sponsorshipHardian Susilo Addy, S.P., M.P., Ph.Den_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Pertanianen_US
dc.subjectKEDELAIen_US
dc.subjectSCLEROTIUM ROLFSIIen_US
dc.subjectPSEUDOMONAS FLUORESCENSen_US
dc.subjectKOMPOSen_US
dc.titlePengaruh Dosis Pupuk Organik dan Pseudomonas Fluorescens terhadap Penyakit Busuk Pangkal (Sclerotium Rolfsii) pada Tanaman Kedelaien_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record