Analisis Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Permasalahan Pola Bilangan Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Metakognisi
Abstract
Berpikir kritis membutuhkan strategi atau tahapan yang terperinci bagi seseorang dalam mengambil suatu keputusan. Berpikir kritis membantu siswa menyelesaikan permasalahan matematika sesuai dengan strategi yang mereka pahami dan mampu untuk mengimplementasikannya. Berpikir kritis pada penelitian ini terdiri atas enam aspek, yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri (Facione, 2011). Metakognisi berperan dalam merefleksikan pemikiran seseorang untuk mengambil keputusan dengan pertimbangan kesadaran dalam kegiatan berpikirnya. Kemampuan metakognisi setiap siswa memiliki perbedaan dan menyesuaikan dengan refleksnya terhadap suatu permasalahan. Tingkat kemampuan metakognisi seseorang diklasifikasikan oleh Trisnani & Winarso (2019) menjadi tiga tingkat, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Pengklasifikasian atau pengkategorian disusun berdasarkan skor rata-rata dan standar deviasi dari kumpulan data yang diperoleh. Kemampuan metakognisi yang dimiliki oleh setiap orang memiliki hubungan yang erat dengan keterampilan berpikir kritisnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dewi dkk., (2013) yaitu hubungan antara keterampilan metakognisi dan berpikir kritis dapat dilihat dengan proses pembiasaan dan pelatihan dalam berpikir yang meliputi kesadaran dan keputusan ketika dilakukan pembelajaran sehingga mengakibatkan terampilnya siswa dalam berpikir kritis. Materi pola bilangan diajarkan bagi siswa SMP/Mts Kelas VIII pada semester ganjil. Pola bilangan yang memiliki hubungan erat dalam keseharian akan dapat dengan mudah dipahami oleh peserta didik dengan tingkat kemampuan yang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa SMP dalam menyelesaikan permasalahan pola bilangan ditinjau dari tingkat kemampuan metakognisi rendah, sedang, dan tinggi. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah enam siswa kelas VIII-B SMP Negeri 11 Jember tahun pelajaran 2021/2022. Instrumen pada penelitian ini terdiri atas instrumen utama dan instrumen bantu penelitian. Instrumen utama penelitian adalah peneliti. Instrumen bantu penelitian adalah lembar Angket MAI (Metacognitive Awareness Inventory), lembar pengklasifikasian siswa, lembar tes tulis, dan pedoman wawancara. Instrumen tersebut divalidasi oleh tiga orang validator. Adapun rincian validator terdiri dari dua orang Dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember dan seorang Guru Matematika SMP Negeri 11 Jember. Hasil validasi instrumen penelitian untuk Angket MAI adalah Va=2,79, tes tulis permasalahan pola bilangan adalah Va=2,81, dan pedoman wawancara adalah Va=2,91. Ketiga instrumen tersebut berada pada interval (2,5≤Va<3) sehingga dapat dikategorikan valid dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan pada penelitian ini. Peneliti mengumpulkan data menggunakan Angket MAI untuk mengklasifikasikan calon subjek penelitian ke dalam setiap tingkat kemampuan metakognisi, yaitu rendah, sedang, atau tinggi. Kemudian hasil Angket MAI dianalisis dan dipilih dua siswa dari setiap tingkat kemampuan metakognisi tersebut untuk dilibatkan menjadi subjek penelitian. Selanjutnya subjek penelitian mengerjakan tes tulis yang terdiri dari dua permasalahan pola bilangan dan dilanjutkan dengan wawancara. Berdasarkan hasil analisis data yang bersumber dari tes tulis dan wawancara diperoleh perbedaan terkait berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa tingkat kemampuan metakognisi rendah, sedang, dan tinggi. Siswa dengan tingkat kemampuan metakognisi rendah, hanya mampu memenuhi maksimal hingga tiga aspek berpikir kritis, yaitu aspek interpretasi, analisis, dan evaluasi. Siswa dengan tingkat kemampuan metakognisi sedang mampu memenuhi aspek berpikir kritis interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi. Siswa dengan tingkat kemampuan metakognisi tinggi mampu memenuhi seluruh aspek berpikir kritis, yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri.