Implementasi Toilet Training Anak Usia Dini Sebagai Upaya Membentuk Kemandirian Anak Usia Dini
Abstract
Setiap anak pernah mengalami masalah dalam melakukan kegiatan
bertoilet, seperti tidak bisa membuka celana sendiri, tidak bisa
mengkomunikasikan bahwa ia ingin bertoilet, takut masuk toilet, buang air
sembarangan, mengompol atau bahkan buang air besar di celana. Hal tersebut
terjadi karena kurangnya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki anak dalam
bertoilet. Sehingga penting sekali orang tua dan guru mengajarkan toilet training
pada anak. Toilet training adalah salah satu tugas utama anak usia toddler. Usia
toddler merupakan tahapan pada anak usia 1-3 tahun (Leifer, 2019). Hal ini juga
sesuai dengan pendapat Hockenberry dkk (2017) yang menyatakan bahwa salah
satu tugas perkembangan saat anak memasuki usia toddler yaitu toilet training.
Sehingga penting sekali untuk mengajarkan toilet training pada anak agar
tercapainya kemandirian anak dalam bertoilet. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan implementasi toilet training sebagai upaya membentuk
kemandirian anak usia dini. Manfaat penelitian ini yaitu diharapkan dapat
bermanfat bagi pengambil kebijakan, pengambil keputusan dan menjadi bahan
informasi atau rujukan bagi para orang tua, pendidik dan seluruh civitas
akademik, khususnya komunitas atau lembaga pendidikan non formal yang
menaungi anak usia dini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskripstif
kualititatif. Peneliti menentukan lokasi penelitian menggunakan purposive area
sehingga yang dipilih Posyandu Dahlia 4 Desa Sumberbening Kecamatan Bantur Kabupaten Malang. Penentuan informan m enggunakan teknik purosive sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi. Sedangkan keabsahan data peneliti menggunakan perpanjangan
pengamatan, meningkatkan ketekunan serta triangulasi. Kemudian teknik analisis
data peneliti menggunakan teknik analisis data model Miles and Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mengimplementasikan toilet
training anak usia dini ada tiga ranah kompetensi yang ingin dicapai yaitu
pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga ketika kompetensi dikuasi
kemandirian bertoilet anak akan tercapai. Dalam memberikan stimulus cara yang
dilakukan orang tua berbeda-beda tetapi pada intinya dalam memberikan
pengetahuan orang tua memberikan informasi terkait bagaimana jika anak ingin
melakukan buang air, tentang pengenalan kegunaan toilet atau yang lain dengan
memberikan penjelasan secara langsung atau lisan. Kemudian dalam memberikan
keterampilan tahapan yang dilakukan setiap orang tua tidak sama tergantung
kesiapan anak dan kesadaran orang tua. Orang tua mengajarkan anak tahapantahapan toilet training seperti membiasakan melepas pampers,
mengkomunikasikan jika ingin buang air, melepas dan memakai celana, berjalan
dan berjongkok di toilet, membersihkan kemaluan, menyiram toilet dan mencuci
tanga. Tahapan ini harus dilakukan secara continue dan berulang untuk
menghasilkan kemandirian bertoilet anak. Kemandirian anak dalam bertoilet ini
adalah sikap yang terbentuk dari adanya pengetahuan dan keterampilan yang
dikuasai. Anak yang sebelumnya masih bergantung pada orang tua dalam kegiatan
bertoilet menjadi lebih mandiri serta tidak perlu bantuan orang tua lagi. Hal ini
dalam teori belajar behavioristik (stimulus response) merupakan respon yang
dihasilkan dari adanya stimulus toilet training yang diberikan oleh orang tua.
Namun dari hasil penelitian diketahui bahwa anak usia dini 2-4 tahun kemandirian
bertoilet yang dicapai dari stimulus yang diberikan masih belum dikuasai secara
sempurna dan stimulus yang diberikan oleh orang tua masih belum maksimal
karena masih kurangnya kesadaran atau pengetahuan serta waktu luang yang
dimiliki orang tua anak usia dini