Aktivitas Perdagangan Eceran Etnis Tionghoa di Banyuwangi Tahun 1967-1998
Abstract
Pada masa Orde Baru, permasalahan ekonomi muncul dikalangan
masyarakat tentang arus distribusi perdagangan barang yang kurang lancar.
Permintaan akan kebutuhan barang oleh masyarakat setiap harinya kian
meningkat. Keadaan tersebut akan menimbulkan terhambatnya pasokan barang
dari distributor ke pengecer. Keadaan ini akan berdampak pada suatu aksi
penimbunan barang sehingga harga barang-barang di pasaran menjadi naik. Untuk
menghindari hal tersebut, aktivitas perdagangan eceran sangat dibutuhkan dalam
menyalurkan barang sampai ke tangan pembeli. Melihat keadaan itu, etnis
Tionghoa yang sebelumnya sudah masuk di bidang perdagangan kian marak
mengembangkan usahanya dengan berperan sebagai pedagang eceran.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana latar belakang
aktivitas perdagangan eceran etnis Tionghoa di Banyuwangi; (2) bagaimana
terbentuknya jaringan perdagangan eceran etnis Tionghoa di Banyuwangi tahun
1967-1998. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan 4 tahapan, yakni
heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini menggunakan 17
sampel pedagang eceran diantaranya pedagang bahan pokok 2 orang, pedagang
kelontong 3 orang, pedagang kain 3 orang, pedagang bahan bangunan 2 orang,
pedagang jamu 1 orang, pedagang alat tulis 2 orang, pedagang pita-benang 1
orang, pedagang bahan kue 1 orang, pedagang emas 1 orang dan pedagang plastik
1 orang. Pemilihan sampel tersebut merupakan pedagang eceran etnis Tionghoa
yang dirintis sebelum tahun 1967 maupun pada masa Orde Baru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, latar belakang aktivitas perdagangan
eceran etnis Tionghoa di Banyuwangi disebabkan oleh faktor umum dan faktor
khusus. Faktor umum meliputi pertama, faktor keadaan yang cukup sulit, pada
masa Orde Baru melakukan aktivitas perdagangan eceran merupakan pekerjaan yang dianggap cukup mudah. Kedua, faktor pengalaman berdagang dan didukung
oleh karakter pekerja keras, ulet, rajin dan hidup sederhana. Sedangkan faktor
khusus meliputi faktor modal dan faktor keluarga.
Aktivitas perdagangan eceran etnis Tionghoa mulai memburuk setelah
dikeluarkannya Instruksi Presidium Kabinet No. 37/UN/IN/6/1967. Isi peraturan
tersebut yaitu larangan berusaha dan bertempat tinggal bagi etnis Tionghoa asing.
Kondisi tersebut tentunya membuat aktivitas perdagangan eceran terhenti akibat
toko-toko milik etnis Tionghoa asing di segel. Menghindari hal tersebut, etnis
Tionghoa mengganti status Kewarganeagraan menjadi WNI serta berganti nama.
Setelah etnis Tionghoa berstatus WNI, para pedagang dimasukkan dalam jaringan
ekonomi dan perdagangan yang luas, mengingat etnis Tionghoa lebih maju
disektor perdagangan dan dapat mengembangkan perekonomian nasional.
Kekuatan ekonomi etnis Tionghoa sebenarnya terletak pada jaringan yang tercipta
di kalangan pedagang dengan menggunakan konsep jaringan keluarga dan sesama
etnis Tionghoa yang didasari sifat kepercayaan, keuletan dan etos kerja yang baik.
Jaringan perdagangan tersebut ditebar dalam sistem lokal di Banyuwangi. Proses
pengadaan barang atau masuknya barang ke toko-toko etnis Tionghoa melalui 2
cara. Pertama, dibawa secara langsung yaitu barang yang berasal dari Surabaya
dan dari wilayah pedalaman Banyuwangi. Kedua, melalui jasa pengiriman yaitu
barang yang berasal dari luar negeri (Tiongkok). Komoditas yang diperdagangkan
beraneka ragam meliputi : beras, gula, rokok, garam, minyak goreng, minyak
tanah, beras ketan, tekstil, jamu, bahan bangunan dan sebagainya.
Kesimpulannya adalah aktivitas perdagangan eceran etnis Tionghoa di
Banyuwangi telah membantu masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari tanpa harus membeli barang-barang kebutuhan secara partai besar dan
telah membantu memperluas serta melancarkan arus distribusi perdagangan di
Banyuwangi. Keberadaannya banyak ditemui di pasar-pasar tradisional maupun di
sepanjang pinggir jalan raya besar. Ragam komoditas yang tersedia
menggambarkan minat dan kebutuhan masyarakat, sekaligus menunjukkan
perkembangan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat di Banyuwangi.