Hubungan Jumlah Leukosit Dengan Kejadian Mortalitas Pasien Stroke Hemoragik Rawat Inap di Rsud Dr. Haryoto Lumajang
Abstract
Stroke adalah kerusakan pada otak yang muncul secara mendadak,
progresif, dan cepat akibat gangguan peredaran darah non-traumatik pada otak.
Stroke menjadi masalah kesehatan dunia termasuk di Indonesia karena besarnya
angka morbiditas dan mortalitas pada penderita stroke. Menurut data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi stroke Jawa Timur menempati
urutan kedelapan di Indonesia dengan jumlah prevalensi stroke sebesar 12,4‰.
Berdasarkan World Health Organization (WHO), stroke merupakan penyebab
kematian terbanyak kedua di dunia. Jumlah kematian stroke mencapai 5,170 juta
pada tahun 2000 dan mengalami peningkatan pada tahun 2016 yang mencapai
5,781 juta kematian di dunia.
Stroke diklasifikasikan berdasarkan patologinya, antara lain stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi
ateroskleorosis di pembuluh darah otak yang menyebabkan suplai darah dan
oksigen inadekuat pada otak, sedangkan stroke hemoragik disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah dalam otak. Stroke hemoragik memiliki dua tipe
berdasarkan lokasi pechanya pembuluh darah, yaitu hemoragik intraserebral atau
intracerebral hemorrhage (ICH) dan hemoragik subaraknoid atau subarachnoid
hemorrhage (SAH). Stroke hemoragik intraserebral terjadi perdarahan di dalam
jaringan otak, sedangkan stroke hemoragik subaraknoid terjadi perdarahan di
daerah antara permukaan otak dengan lapisan tipis yang melapisi otak atau yang
disebut lapisan araknoid.
Penelitian-penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa perburukan
kondisi klinis pada pasien stroke hemoragik dapat diprediksi melalui peningkatan
jumlah leukosit. Infiltrasi leukosit pada sistem saraf pusat dapat menghasilkan
mediator sitotoksik inflamasi yang akan memperpanjang respons inflamasi
sehingga memperparah kerusakan otak hingga dapat menyebabkan kematian pada
pasien stroke hemoragik. Di Kabupaten Lumajang, prevalensi stroke menduduki
peringkat tertinggi di Jawa Timur sekitar 1,3%. Oleh karena itu, peneliti tertarik
melakukan penelitian mengenai hubungan jumlah leukosit terhadap kejadian
mortalitas pasien stroke hemoragik rawat inap di RSUD dr. Haryoto Lumajang.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan jumlah leukosit terhadap kejadian
mortalitas pasien stroke hemoragik rawat inap di RSUD dr. Haryoto Lumajang.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian analitik observasional
cross-sectional. Sampel penelitian merupakan pasien stroke hemoragik yang
rawat inap di RSUD dr. Haryoto Lumajang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling.
Penelitian ini menggunakan sampel data sekunder berupa rekam medis pasien
stroke hemoragik yang rawat inap di RSUD dr. Haryoto Lumajang pada 1 Januari
2019 sampai 31 Desember 2019. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
uji statistik chi-square.
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan total sampel sebesar 53
sampel. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh pasien
perempuan. Insidensi stroke pada perempuan dapat meningkat pada usia
menopause akibat adanya penurunan hormon esterogen yang dapat menyebabkan
hilangnya efek neuroprotektif. Sebagian besar sampel berada pada kelompok
lanjut usia atau usia >59 tahun dan mayoritas pasien stroke hemoragik merupakan
pasien dengan perdarahan intraserebral. Pasien stroke hemoragik juga lebih
banyak mengalami leukositosis yaitu sebesar 38 orang (71,1%). Berdasarkan hasil
dari uji statistik chi-square didapatkan p-value 0,007. Hal tersebut menunjukkan
bahwa adanya hubungan yang bermakna antara jumlah leukosit dengan kejadian
mortalitas pasien stroke hemoragik rawat inap di RSUD dr. Haryoto Lumajang.
Nilai odds ratio (OR) pada penelitian ini adalah 7,692 yang artinya pasien stroke
hemoragik dengan leukositosis memiliki resiko meninggal sebesar 7,692 kali
dibandingkan pasien stroke hemoragik dengan jumlah leukosit yang normal.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]