dc.description.abstract | Stunting pada balita merupakan permasalahan gizi yang memiliki faktor
risiko multisektor, salah satunya adalah lingkungan. Kabupaten Blora memiliki
prevalensi stunting yang tinggi yaitu 55,06% pada 2013 dan 30% pada 2018 serta
merupakan wilayah prioritas penanganan stunting hingga tahun 2020, lebih
tepatnya lokus dengan prevalensi stunting tertinggi berdasarkan data beradapada
wilayah kerja Puskesmas Kapuan. Didukung dengan data studi pendahuluan yang
telah dilakukan pada bulan Oktober dan November 2019 menunjukkan pada
daerah penelitian terdapat 25,9% penduduk yang belum memenuhi syarat rumah
sehat, dan 52,61% penduduk memiliki jamban tidak aman serta 24,67% penduduk
masih melakukan buang air besar sembarangan. Sedangkan pengelolaan sampah
hanya sebesar 23% di wilayah perkotaan. Lingkungan yang saniter dapat
mengurangi risiko perpindahan bibit penyakit dari lingkungan ke manusia,
sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi yang menyebabkan gangguan
penyerapan gizi asupan makanan pada balita.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kapuan yang meliputi
Desa Ngloram, Desa Cabean, Desa Gadon, desa Jipang, Desa Getas dan Desa
Kapuan pada bulan September 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah
analitik observasional dengan menggunakan pendekatan case kontrol. Populasi
dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kelompok kontrol yang merupakan
ibu dengan balita sehat sebanyak 249 responden dan kelompok kasus yaitu ibu
dengan balita stunting sebanyak 27 responden. Teknik pengambilan sample
menggunakan metode total sampling berdasarkan banyaknya kasus dengan hasil
akhir penghitungan rumus sampling sebanyak 26 responden, dengan
perbandingan 1:1 maka sample kontrol berjumlah sama dengan sampel kasus dan
total keseluruhan responden penelitian adalah 52 responden. Variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu sanitasi lingkungan yang meliputi komponen rumah, sarana sanitasi rumah tangga, dan perilaku penghuni rumah, serta karakeristik responden,
yang meliputi usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga dan
jumlah anggota keluarga. Variabel antara meliputi asupan makanan balita dan
riwayat infeksi (jenis infeksi dan frekuensi infeksi) pada balita. Variabel terikat
meliputi kejadian stunting. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
lembar wawancara dan lembar observasi. Penelitian ini menggunakan analisis chi square, dan regresi logistik
Responden penelitian mayoritas berada pada rentan usia 26-35 tahun,
dengan pendidikan terakhir merupakan lulusan SD-SMA, tidak bekerja, memiliki
tingkat pendapatan keluarga kurang dari upah minimum kabupaten dan memiliki
jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang. Asupan makanan balita pada
mayoritas balita responden dari kelompok kasus terkategori kurang, sedangkan
pada mayoritas balita responden dari kelompok kontrol terkategori cukup.
Mayoritas balita dari kelompok kasus mengalami jenis infeksi demam dan flu
dengan frekuensi ≤ 6 kali, sedangkan mayoritas balita dari kelompok kontrol tidak
mengalami infeksi pada satu tahun terakhir. Sanitasi lingkungan rumah pada
mayoritas responden tidak memenuhi syarat kesehatan, baik pada responden
kelompok kasus maupun responden kelompok kontrol. Tidak terdapat hubungan
antara karakteristik responden, sanitasi lingkungan dan riwayat infeksi dengan
kejadian stunting. Hasil penelitian mengatakan bahwa anak dengan asupan
makanan rendah 0,31 kali lebih rentan mengalami stunting.
Saran yang diberikan kepada masyarakat sekitar lokasi penelitian adalah,
bergotong royong menyediakan tempat penampungan sampah sementara guna
mengurangi pembakaran dan penimbunan sampah, melakukan pemilahan sampah
secara mandiri untuk selanjutnya dilakukan pengolahan yang layak sesuai dengan
instruksi dari puskesmas, serta rutin memberikan asupan makanan pada ibu hamil,
ibu mneyusui serta balita dengan menu yang bervariasi meliputi sayur-mayur,
buah serta protein hewani untuk mengurangi risik balita mengalami stunting. | en_US |