Show simple item record

dc.contributor.authorDAMAI, Gangsar Lintas
dc.date.accessioned2022-06-23T02:44:30Z
dc.date.available2022-06-23T02:44:30Z
dc.date.issued2021-02-16
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/107236
dc.descriptionValidasi unggah file repositori_Ighfirlina Yaumil Akhda Finalisasi unggah file repositori tanggal 23 Juni 2022_Kurnadien_US
dc.description.abstractKatarak kongenital adalah kekeruhan lensa mata yang ditemukan sejak lahir baik bersifat unilateral maupun bilateral. Angka kejadian bergantung pada perkembangan sosial ekonomi suatu daerah, pada negara industri terdapat 1 hingga 6 kasus per 10.000 kelahiran hidup, dan 5 hingga 15 kasus per 10.000 di wilayah termiskin dunia. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa mata yang disebabkan proses degenerasi dan ditemukan setelah usia 50 tahun. Katarak senilis adalah katarak yang paling sering ditemukan. Diperkirakan, dari seluruh kasus katarak, 90% nya adalah katarak senilis. Saat ini, operasi pengangkatan lensa mata keruh dan penggantian dengan lensa mata intraokular sintetis merupakan satu-satunya pengobatan katarak yang tersedia. Namun, operasi katarak yang ada membutuhkan luka insisi yang relatif besar dan tidak bebas dari kejadian_komplikasi. Penelitian ini menggunakan uji in silico molecular docking untuk mengetahui nilai binding energy dan model interaksi pengikatan antara enzim papain dan zingibain terhadap protein pembentuk katarak yaitu protein P23T crystalline γD dan protein β-amyloid. Penelitian dilakukan selama bulan Januari 2021 dengan menggunakan situs cluspro.bu.edu. Analisis data hasil docking didasarkan dengan nilai binding energy. Molekul dengan nilai binding energy terendah menunjukkan interaksi yang bersifat stabil dan berpotensi menjadi enzim proteolitik protein pembentuk katarak. Hasil docking antara enzim papain dengan protein P23T crystalline γD menunjukkan 30 model interaksi pengikatan dengan model interaksi pengikatan 1 memiliki nilai binding energy terendah sebesar -730.4. Hasil docking antara enzim papain dengan protein B-amyloid menunjukkan 18 model interaksi pengikatan dengan model interaksi pengikatan 1 memiliki nilai binding energy terendah sebesar -697.2. Hasil docking antara enzim zingibain dengan protein P23T crystalline γD menunjukkan 30 model interaksi pengikatan dengan model interaksi pengikatan 2 memiliki nilai binding energy terendah sebesar -890.5. Hasil docking antara enzim zingibain dengan protein B-amyloid menunjukkan 11 model interaksi pengikatan dengan model interaksi pengikatan 0 memiliki nilai binding energy terendah sebesar -873.5. Diperoleh kesimpulan bahwa enzim zingibain yang berasal dari tanaman Zingiber officinale memiliki kemampuan membentuk ikatan yang lebih stabil terhadap protein P23T crystalline γD dan protein β-amyloid dibandingkan dengan enzim papain yang berasal dari tanaman Carica papaya.en_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing utama : Dr. dr.Nugraha Wahyu Cahyana, Sp.M Dosen Pembimbing anggota : dr. Ayu Munawaroh Aziz M. Biomeden_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Kedokteranen_US
dc.subjectKatarak Kongenitalen_US
dc.subjectProteolitik Enzim Papainen_US
dc.subjectEnzim Zingibainen_US
dc.subjectKataraken_US
dc.titleUji In Silico Potensi Proteolitik Enzim Papain dan Enzim Zingibain Terhadap Protein Pembentuk Katarak Kongenital dan Senilisen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record