dc.description.abstract | Perkembangan dunia perindustrian saat ini mulai mempertimbangkan material
aluminium sebagai bahan utama dalam proses produksi. Ini dikarenakan aluminium
dan paduan aluminium termasuk logam ringan yang memiliki kekuatan tinggi, tahan
terhadap karat, konduktor listrik yang cukup baik dan aluminium lebih ringan
daripada besi atau baja. Penggunaan aluminium khususnya tipe AA 1100 pada dunia
industri banyak digunakan untuk heat exchangers, pressure vessels, pipa, dll. Namun
aluminium dan paduan aluminium mempunyai sifat yang kurang baik bila
dibandingkan dengan baja, diantaranya adalah mempunyai panas jenis dan daya
hantar yang tinggi, mudah teroksidasi dan membentuk oksida aluminium Al2O3 yang
mempunyai titik cair yang tinggi sehingga mengakibatkan peleburan antara logam
dasar dan logam las menjadi terhalang dan bila mengalami proses pembekuan yang
terlalu cepat akan terbentuk rongga halus bekas kantong hydrogen. Akan tetapi,
perbedaan yang paling mendasar adalah nilai keuletan pada logam las, dimana nilai
keuletan logam las baja selalu tinggi bila dibandingkan dengan logam induk,
sedangkan pada aluminium nilai keuletan pada logam las cenderung lebih kecil
daripada nilai keuletan pada logam induk. Seiring dengan hal tersebut maka perlu
dilakukan penelitian-penelitian agar proses penyambungan aluminium menjadi lebih
mudah dan memiliki kekuatan yang optimal. Proses penyambungan aluminium
paduan salah satunya dapat dilakukan dengan cara pengelasan friction stir welding.
FSW (friction stir welding) merupakan sebuah metode pengelasan yang telah
diketemukan dan dikembangkan oleh Wayne Thomas untuk benda kerja alumunium
dan alumunium alloy pada tahun 1991 di TWI (The Welding Institute) Amerika
Serikat. Prinsip kerja FSW adalah memanfaatkan gesekan dari benda kerja yang
viii
berputar dengan benda kerja lain yang diam sehingga mampu melelehkan benda kerja
yang diam tersebut dan akhirnya tersambung menjadi satu. Proses pengelasan dengan
FSW terjadi pada kondisi padat (solid state joining). Proses pengelasan dengan FSW
terjadi pada temperature solvus, sehingga tidak terjadi penurunan kekuatan akibat
over aging dan larutnya endapan koheren. Karena temperature pengelasan tidak
terlalu tinggi, maka tegangan sisa yang terbentuk dan distorsi akibat panas juga
rendah. Karakteristik mekanis sambungan pada FSW ditentukan oleh parameter :
kecepatan pengelasan, putaran tool, dan tekanan tool.
Pada penelitian ini pengelasan alumunium AA 1100 dengan metode friction
stir welding (FSW) dapat dilakukan dengan baik. Hasil pengujian tarik diperoleh
bahwa rata - rata ultimate strength untuk pengelasan dengan menggunakan putaran
tool 780 rpm adalah 52.222 Mpa, untuk putaran tool 980 rpm adalah 38.472 Mpa dan
putaran tool 1120 adalah 56.528 Mpa. Dengan hasil ini dapat diketahui bahwa
ultimate strength yang tertinggi adalah dengan menggunakan putaran tool 1120 rpm
dan ultimate strength pada putaran tool 980 rpm adalah yang terendah. Cacat
wormholes pada pengelasan dengan putaran tool 980 rpm adalah hal utama yang
mengurangi kekuatan tarik pada penelitian ini. Hasil pengamatan makro diketahui
cacat wormholes terbesar terdapat pada hasil pengelasan dengan putaran tool 980 rpm
dan juga adanya celah karena kurangnya penetrasi dan menimbulkan konsentrasi
tegangan pada hasil pengelasan, celah ini juga terjadi pada variasi putaran tool 780
rpm. Dari pengamatan mikro diketahui bahwa bentuk butir pada daerah stir zone
partikel FeAl3 tersebar lebih merata pada matriks Al yang disebabkan adanya proses
puntiran pada saat proses pengelasan berlangsung. Pengujian kekerasan menunjukan
bahwa logam las lebih lunak daripada logam induk. Sedangkan daerah TMAZ
mempunyai kekerasan yang paling rendah. | en_US |