Tuberculosis Paru (TB) Pada Penderita Diabetes Millitus Tipe 2 (dmt2) (Studi Case Control DI Wilayah Kerja Puskesmas Patrang, Kabupaten Jember)
Abstract
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis (M.tb). Penyakit TB paru sebagi penyebab kematian
pertama dalam kategori penyakit menular didunia. Data WHO Global TB Report
pada tahun 2018, di Indonesia ada 842 ribu insiden TB dan sebesar 107 ribu kasus
menjadi angka mortalitas. Provinsi Jawa Timur menjadi posisi tertinggi kedua
setelah Jawa Barat dengan prevalensi 23.703 kasus pada tahun 2016. Sedangkan
ditahun 2018 terjadi kenaikan kasus sebesar 9% dan Kabupaten Jember memiliki
jumlah kasus TB di tahun 2016 sebesar 3.299 kasus menjadi 3.767 kasus di tahun
2018.
Berdasarkan data International Diabetes Federation di tahun 2017 ada 425
juta penderita DM di dunia dan sebanyak 4,2 juta mengalami kematian. Indonesia
menempati keenam dunia dengan besar prevalensi 10,3 juta penderita DM.
Prevalensi di Jawa Timur di tahun 2013 sebesar 2,1% meningkat menjadi 2,6%
ditahun 2018. Laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember jumlah kasus pada
tahun 2018 terdapat 7.845 penderita, terjadi kenaikan menjadi 17.297 penderita DM
tipe 2 di tahun 2019. TB-DM menjadi masalah dunia utamanya 80% pada negara
endemis TB dan memiliki penghasilan rendah. Jumlah prevalensi secara global
423.000 kasus berada di Asia Tenggara, Indonesia menempati peringkat ke empat
dengan jumlah Insiden 48.000 kasus. Prevalensi DM pada seseorang yang
menderita TB sekitar 10-15%. Jumlah kasus TB-DM sendiri di Kabupaten Jember
dua tahun terakhir dengan jumlah 975 kasus dengan rincian di tahun 2018
berjumlah 502 kasus dan pada tahun 2019 berjumlah 473 kasus.
Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan
pendekatan case control. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Patrang Kabupaten
Jember. Subjek penelitian adalah pasien TB-DMT2 dan pasien DMT2 sebanyak 84 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling
pada responden TB-DMT2 dan consecutive sampling pada responden kontrol. Hasil
penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis menggunakan uji chi square
dan uji regresi logistik dengan tingkat kemaknaan sebesar 95% (α = 0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari variabel independen
menunjukkan bahwa ada empat variabel yang berhubungan, yaitu jenis kelamin,
lama menderita DMT2, perilaku merokok dan kontak erat dengan penderita TB.
Sedangkan variabel independen yang tidak memiliki hubungan signifikan dengan
kejadian TB-DMT2, yaitu umur, riwayat DMT2 pada keluarga, tingkat pendidikan,
pekerjaan dan pendapatan. Berdasarkan faktor risiko individu responden kasus dan
kontrol sebagian besar berusia ≥45 tahun sebesar 64 responden atau 76,2%, berjenis
kelamin laki-laki sebesar 44 responden atau 52,4% dan lama menderita DMT2 >10
tahun sebesar 37responden atau 44,1%, selanjutnya faktor risiko perilaku responden
kasus dan kontrol sebagian besar memiliki perilaku tidak merokok sebesar 51
reponden 51 atau 60,7% dan faktor risiko lingkungan sebagian besar responden
kasus dan kontrol pernah kontak dengan penderita TB sebesar 58 responden atau
69%. Sedangkan dari faktor risiko DMT2 responden kasus dan kontrol sebagian
besar memiliki riwayat DMT2 pada keluarga sebesar 55 responden atau 65,5%,
berpendidikan SD/sedrajat yaitu 35 responden atau 41,7%, memiliki pekerjaan
sebagai wiraswasta yaitu 20 responden atau 23,8% dan memiliki penghasilan
<UMK yaitu 53 responden atau 63,1%.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]