dc.description.abstract | Salah satu standar emas pemberian makan pada bayi adalah dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah proses persalinan. Menurut UNICEF, hanya dua dari lima anak di dunia (mayoritas di negara berpenghasilan rendah dan menengah) yang diletakkan di atas payudara ibunya untuk mulai menyusu dalam satu jam pertama kehidupan. Cakupan IMD di Asia Timur dan pasifik menduduki peringkat pertama terendah untuk praktik IMD di dunia dan di Indonesia, cakupan IMD tahun 2017 mencapai angka 57%. Praktik IMD ini sangat bermanfaat untuk mendukung terlaksananya praktik menyusui jangka panjang dan dapat meningkatkan peluang tercapainya ASI eksklusif. Selain itu, praktik IMD juga sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi baru lahir karena dapat menurunkan risiko kematian bayi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan capaian IMD di Indonesia, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi praktik IMD.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini meenggunakan data sekunder SDKI 2017. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak terakhir yang lahir selama 2 tahun sebelum survei SDKI 2017 di Indonesia. Variabel yang diteliti terdiri dari usia ibu saat persalinan, paritas, antenatal care (ANC), tipe persalinan, berat badan lahir rendah (BBLR), kelahiran ganda, indeks kekayaan, pendampingan keluarga, tenaga penolong persalinan, tempat persalinan, tempat tinggal, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendidikan ayah. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji univariabel, bivariabel (chi-square), dan multivariabel (logistic regression) dengan α 0,05 (5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 55,2% ibu telah melakukan praktik IMD. Sebagian besar ibu berusia 20-30 tahun (77,4%), memiliki paritas lebih dari satu (67,6%), melahirkan secara normal (80,4%), dan memiliki riwayat ANC lengkap (73,8%). Mayoritas ibu melahirkan anak terakhir mereka dengan berat badan normal (93,1%) dan kelahiran tunggal (99,3%). Banyak ibu yang berasal dari rumah tangga sangat miskin (23,1%). Sebagian besar ibu didampingi keluarganya saat proses persalinan (89,1%). Mayoritas ibu melakukan persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan (95,5%) dan persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan (83,2%). Lebih banyak ibu yang tinggal di daerah urban (51,5%) dan berstatus tamat pendidikan menengah (32,1%). Sebagian besar ibu tidak bekerja (60,7%) serta paling banyak ayah berpendidikan menengah (36,6%). Hasil analisis bivariabel menunjukkan bahwa paritas lebih dari satu (OR= 1,448), tipe persalinan normal (OR= 3,065), bayi dengan berat badan normal (OR= 1,509), kelahiran tunggal (OR= 2,249), indeks kekayaan kaya (OR= 0,794), dan ibu yang tidak bekerja (OR= 1,110) merupakan variabel yang berhubungan dengan praktik IMD. Berdasarkan hasil analisis multivariabel, variabel yang berpengaruh terhadap praktik IMD adalah paritas, tipe persalinan, ANC, BBLR, dan tempat persalinan. Penelitian ini terdapat indikasi adanya variabel pengganggu yang tidak diteliti.
Kementerian kesehatan diharapkan dapat membuat kebijakan untuk peningkatan ANC, penurunan persalinan caesar, dan pencegahan BBLR. Dinas kesehatan provinsi diharapkan melakukan monitoring dan evaluasi terkait capaian ANC, pemberian makanan tambahan pada ibu hamil, serta melakukan koordinasi dengan fasilitas kesehatan dan dinas kesehatan kabupaten untuk peningkatan praktik IMD. Saran untuk peneliti selanjutnya yang menggunakan data SDKI adalah melakukan uji multivariat dengan memperhatikan dugaan adanya variabel pengganggu. | en_US |