Dukungan Sosial Orang Tua Terhadap Balita Penerima Terapi Pengobatan Pencegahan Dengan Isoniazid (PP INH) di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember
Abstract
Pencegahan TB anak menjadi prioritas kesehatan masyarakat di Indonesia dan masuk kedalam strategi nasional penanggulangan tuberkulosis tahun 2020-2024 dengan target cakupan pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada anak usia <5 tahun sebesar 40%. TB anak khususnya balita tidak hanya berdampak pada angka kesakitan dan kematian, namun juga berdampak pada ekonomi dan status kesehatan balita secara umum. Upaya guna mencegah terjadinya TB pada balita dapat dilakukan melalui pemberian terapi Pengobatan Pencegahan dengan Isoniazid (PP INH) selama 6 bulan. Terapi bernilai efikasi tinggi ini dapat mencegah anak dari resiko TB aktif dan kematian. Namun, resiko Drop Out (DO) atau putus pengobatan yang ditimbulkan juga sangatlah besar. Tingkat kepatuhan minum obat sebagian besar balita pada 3 bulan terakhir menurun drastis. Hal ini disebabkan adanya respon penolakan anak, rendahnya dampingan orangtua, serta efek samping yang ditimbulkan. Dukungan keluarga sebagai orang terdekat anak menjadi sangat penting dalam perannya sebagai pengawas dan pendamping selama proses terapi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terkait dukungan sosial orang tua terhadap balita penerima terapi Pengobatan Pencegahan dengan Isoniazid (PP INH). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kombinasi (Mix Method) dengan model Sequential Explanatory. Peneliti melakukan pengumpulan dan analisis data secara kuantitatif di tahap pertama terkait tindakan orangtua dalam memberikan terapi Pengobatan Pencegahan dengan Isoniazid (PP INH) pada balita. Populasi penelitian tahap pertama adalah orang tua dari balita yang kontak serumah dengan penderita Tuberkulosis dengan menggunakan analisis
ix
univariat dan bivariat (crosstabulation). Tahap kedua, peneliti melakukan pengumpulan dan analisis data secara kualitatif terkait dukungan sosial orangtua yang diberikan kepada balita penerima terapi Pengobatan Pencegahan dengan Isoniazid (PP INH). Informan penelitian tahap kedua adalah orang tua dari balita penerima terapi PP INH dan kader TB dengan menggunakan analisis data berupa teknik analisis isi (content analysis). Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa seluruh responden mengakses terapi PP INH untuk sang anak di Puskesmas (100%). Namun, sebagian besar responden yakni sebesar 60% tergolong sebagai pengobatan tidak lengkap (<6 bulan). Angka putus pengobatan yang tinggi dialami oleh sebagian besar responden yakni sebesar 88,6% dan 60% nya memutuskan untuk berhenti pengobatan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa 60% responden memiliki balita dengan kategori tindakan pemberian terapi PP INH negatif. Sebagian besar responden dengan kategori tindakan pemberian terapi PP INH negatif berjenis kelamin perempuan dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga/tidak bekerja (60%) serta berstatus sebagai orang tua kandung dari balita (54,2%). Sebagian kecil responden dengan kategori tindakan pemberian terapi PP INH negatif berpendidikan terakhir SMA/MA (25,7%). Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan bahwa sebagian besar informan memberikan dukungan emosional yang rendah. Orang tua merasa takut dan kasihan terhadap anak yang harus menjalani terapi PP INH selama 6 bulan di usianya yang masih <5 tahun. Perhatian, kepedulian dan komitmen orang tua dalam mendampingi anak menyelesaikan pengobatan rendah serta cenderung menyerah terhadap kondisi yang sedang dialami oleh anak. Disisi lain, sebagian besar informan telah memberikan dukungan instrumental yang baik meliputi pemenuhan sarana-prasarana, serta kesediaan meluangkan waktu guna mendukung keberhasilan anak menjalani terapi PP INH. Namun, dukungan informatif yang diberikan sebagian besar informan masih rendah. Orang tua tidak aktif dalam menggali informasi mengenai masalah dan kendala terapi PP INH yang sedang dijalani sang anak sehingga tidak ada saran maupun nasihat yang diberikan oleh petugas kesehatan. Selain itu, sebagian besar informan juga memberikan dukungan penghargaan yang rendah terhadap anak. Orang tua tidak
pernah memberikan apresiasi ketika anak mau minum obat sehingga motivasi anak untuk melakukan pengobatan rutin menurun. Perlu adanya kerjasama yang baik antar pihak meliputi orang tua, petugas kesehatan, dan instansi kesehatan terkait dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan terapi PP INH pada balita. Koordinasi serta tindakan yang tepat dan efisien dapat menjadi salah satu strategi guna mencapai target TPT 40% di tahun 2020.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]