Aplikasi Sistem Akuaponik Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Saliva
Abstract
Sebesar 78% klinik gigi selalu menghasilkan limbah cair medis berupa saliva,
yang di dalamnya terdapat bakteri Streptococcus mutans (S.mutans). Sebelum
dibuang ke lingkungan, limbah wajib diolah terlebih dahulu hingga memenuhi baku
mutu air limbah. Akan tetapi, pelaksanaan pengolahan limbah sering mengalami
masalah seperti terbatasnya dana untuk membangun fasilitas pengolahan limbah
serta biaya operasionalnya cukup tinggi, khususnya untuk fasilitas pelayanan
kesehatan dengan kapasitas kecil hingga menengah yang umumnya membuang air
limbahnya ke saluran umum tanpa pengolahan sama sekali. Untuk mengatasi
permasalahan pengolahan limbah cair tersebut, maka akuaponik dapat menjadi
salah satu solusinya. Akuaponik merupakan gabungan antara teknologi hidroponik
(budidaya tumbuhan tanpa media tanah) dan akuakultur (budidaya perairan) dalam
suatu wadah yang terintegrasi. Dalam akuaponik, air kolam ikan yang sebenarnya
merupakan limbah akan dialirkan secara terus-menerus sebagai nutrisi bagi
tumbuhan untuk metabolisme sel-sel tumbuhan tersebut, sehingga saat kembali ke
kolam, air menjadi “bersih” dan mempunyai kondisi yang lebih layak untuk
budidaya ikan. Dengan memanfaatkan prinsip kerja akuaponik dalam
membersihkan air kolam ikan, maka tumbuhan diharapkan mampu menyerap
limbah saliva yang dimasukkan ke dalam sistem akuaponik, yang ditandai dengan
adanya penurunan jumlah koloni S.mutans. Selain itu, akuaponik juga diharapkan
mampu mengolah limbah saliva hingga memenuhi baku mutu air limbah yang
terdiri dari pH, BOD5, COD, dan TSS.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan
penelitian time series, yaitu melibatkan satu kelompok (tunggal) yang diukur secara
periodik dalam interval waktu tertentu. Penelitian ini menggunakan akuaponik,
yaitu gabungan antara budidaya tumbuhan dan perairan, sebagai alternatif
pengolahan limbah cair saliva. Jenis akuaponik yang digunakan adalah sistem media bed dengan komponen berupa akuarium, air tawar, ikan lele albino,
rockwool, batu koral, dan kangkung darat. Saliva dimasukkan ke dalam masing masing sistem akuaponik untuk dilakukan pengolahan kemudian dilakukan
pengambilan sampel dengan metode grab sampling dalam interval waktu tertentu
yaitu pada durasi kerja akuaponik 0, 24, 48, 72 jam. Setelah itu dilakukan
pengukuran parameter pH, BOD5, COD, TSS, dan jumlah koloni S.mutans. Pengujian pH dilakukan dengan pH meter, pengujian BOD5 dilakukan secara
iodometri (modifikasi azida), pengujian COD dilakukan dengan refluks tertutup
secara titrimetri, dan pengujian TSS dilakukan secara gravimetri. Pengujian dan
analisis jumlah koloni S.mutans dibagi menjadi empat tahap yaitu sterilisasi alat,
pembuatan media selektif TSA, pengambilan sampel dan kultur mikroorganisme,
serta penghitungan jumlah koloni. Data hasil uji laboratorium kandungan pH,
BOD5, COD, TSS, dan jumlah koloni S.mutans dianalisis secara deskriptif yaitu
dengan mendeskripsikan data secara visual dalam bentuk grafik.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]