Show simple item record

dc.contributor.advisorTAUFIQ, Akhmad
dc.contributor.advisorMURTI, Fitri Nura
dc.contributor.authorARININGTYAS, Amelia Yashinta
dc.date.accessioned2021-04-05T03:59:29Z
dc.date.available2021-04-05T03:59:29Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/103867
dc.description.abstractAntusias masyarakat menyaksikan pementasan Janger Laksono Wahyu Penthul Budoyo dengan cerita Tumurune Wahyu Dewi Sri (24/9/2019), menurun dari awal hingga akhir pementasan. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat saat ini menjadikan pementasan janger sebagai media hiburan semata, bukan media edukasi mengenai cerita daerah dalam bentuk teater rakyat. Hal ini membuat masyarakat lebih fokus menikmati tarian, nyaian, dan lawak daripada cerita yang ditampilkan. Padahal, Tumurune Wahyu Dewi Sri merupakan cerita rakyat Jawa yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat karena mengisahkan proses adanya padi yang menjadi bahan pangan pokok masyarakat. Berdasarkan hal-hal tersebut, rumusan masalah penelitian ini, yaitu (1) bentuk cerita rakyat TWDS pada pementasan Janger LWPB; (2) nilai budaya dalam cerita rakyat TWDS pada pementasan Janger LWPB; (3) fungsi cerita rakyat TWDS pada pementasan Janger LWPB; dan (4) pemanfaatan cerita rakyat TWDS pada pementasan Janger LWPB sebagai alternatif materi bahan ajar Bahasa Indonesia di SMA. Rancangan penelitian ini adalah kualitatif, sedangkan jenis penelitiannya deskriptif dengan pendekatan etnografis. Sumber data pada penelitian ini, yaitu pementasan Janger Laksono Wahyu Penthul Budoyo Budoyo dengan cerita Tumurune Wahyu Dewi Sri dan tuturan lisan informan. Data yang diperoleh, yaitu cerita rakyat Tumurune Wahyu Dewi Sri pada pementasan Janger Laksono Wahyu Penthul Budoyo, tuturan lisan informan tentang cerita Tumurune Wahyu Dewi Sri, nilai budaya dalam cerita, dan fungsi cerita Tumurune Wahyu Dewi Sri bagi masyarakat Banyuwangi. Teknik analisis data penelitian ini, yaitu analisis domain, taksonomik, komponen, tema budaya. Prosedur penelitian ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksaan, dan penyelesaian. Berdasarkan hasil dan pembahasan, bentuk cerita Tumurune Wahyu Dewi Sri adalah jenis mite yang mengisahkan kehidupan anak-anak Dewa dan proses adanya padi di bumi. Cerita ini mengangkat budaya masyarakat yang di dalamnya mengandung empat nilai, yaitu religius, etika, sosial, dan lingkungan.Nilai religius tercermin dari sikap manusia yang mengingat dan memohon pertolongan hanya kepada Tuhan; manusia yang menyakini perintah Tuhan adalah sebuah kewajiban; dan manusia yang pasrah kepada kekuasaan Tuhan setelah berupaya. Nilai etika tercermin dari sikap utusan Dewa yang fokus mengerjakan tugas dan hidup sederhana, anak muda yang bertanggung jawab atas perbuatannya, dan manusia yang mempertimbangkan perbuatan sesuai situasi dan kondisi. Nilai sosial tercermin dari sikap anak yang baik dan sopan kepada orang tua, kerukunan antara saudara kandung, dan orang tua yang berusaha adil kepada setiap anaknya. Nilai lingkungan tentang awal mula adanya padi di bumi, penentuan musim tanam padi masyarakat petani Jawa, dan cara mananam padi masyarakat petani jawa. Cerita Tumurune Wahyu Dewi Sri memiliki fungsi, yaitu sebagai sistem proyeksi yang mencerminkan angan-angan dan harapan masyarakat tentang citra anak baik yang diinginkan orang tua, alat pendidikan bagi anak, modal sosial untuk berinteraksi dan berkomunikasi antar anggota masyarakat, sarana untuk menghibur masyarakat, dan sebagai wisata budaya berbasis seni tradisi. Tumurune Wahyu Dewi Sri merupakan cerita rakyat dengan narasi yang panjang, sehingga masyarakat yang menonton memilih meninggalkan lokasi pementasan janger ketika babak cerita inti. Hal ini yang menyebabkan keempat nilai dan lima fungsi cerita rakyat Tumurune Wahyu Dewi Sri belum sepenuhnya tersampaikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak mengatahui dan memahami nilai dan fungsi dari cerita rakyat Tumurune Wahyu Dewi Sri. Cerita rakyat Tumurune Wahyu Dewi Sri pada pementasan Janger Laksono Wahyu Penthul Budoyo dapat dimanfaatkan sebagai alternatif materi bahan ajar Bahasa Indonesia kelas X SMA untuk mengajarkan siswa mengidentifikasi nilai dan isi cerita rakyat. Selain itu, dapat dimanfaatkan sebagai salah satu aset budaya untuk pengembangan pariwisata Kabupaten Banyuwangi, khususnya pada bidang sastra lisan dan seni pertunjukkan teater rakyat (janger Banyuwangi).en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries160210402042;
dc.subjectCerita Rakyaten_US
dc.subjectTumurune Wahyu Dewi Srien_US
dc.subjectPementasanen_US
dc.subjectJanger Laksonoen_US
dc.titleCerita Rakyat Tumurune Wahyu Dewi Sri Pada Pementasan Kelompok Janger Laksono Wahyu Penthul Budoyo di Kabupaten Banyuwangien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.prodi0210402


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record