dc.description.abstract | Pabrik Gula Ngadirejo Kediri merupakan salah satu Unit Usaha dari PT Perkebunan
Nusantara X yang bergerak dibidang usaha pengolahan bahan baku tebu menjadi produk
gula kristal putih dengan hasil lainnya yaitu tetes yang digunakan sebagai bahan baku
Alkohol, Spiritus untuk keperluan medis. Pabrik Gula Ngadirejo didirikan pada tahun
1912 oleh Perusahaan Swasta Belanda yaitu HVA (Handels Verniging Amsterdam)
berlokasi di Desa Jambean, Kecamatan Kras, Kawedanan Ngadiluwih, Kabupaten
Kediri.bahan baku utama dari pabrik gula ngadirejo adalah tebu. Tebu yang diperoleh
sebagian besar didapat dari petani yaitu tebu rakyat dan sebagian dari lahan sewa pabrik
sendiri (HGU).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengadaan
persediaan bahan baku tebu pada pabrik gula ngadirejo Kediri. Dimulai dari tahap
perencanaan pengadaan persediaan bahan baku, standarisasi bahan baku, pengadaan bahan
baku, pendaftaran supplier atau pemasok bahan baku, sistem pembelian bahan baku,
penangganan bahan baku sampai dengan tahap tebang angkut untuk siap masuk ke meja
penggilingan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan menggunakan teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan metode
purposive, yaitu Bapak Yudha P.S selaku asisten manajer tanaman, lalu pak marnoto dan
pak sujarwo serta pak budiono selaku petani pemasok bahan baku ke pabrik. Informasi
yang didapatkan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis Domain dan
Taksonomi.
Hasil dari penelitian ini adalah proses pengadaan persediaan bahan baku tebu pada Pabrik Gula Ngadirejo Kediri dilakukan berdasarkan RKAP yang telah dibuat
sebagai pedoman. Selanjutnya dilakukan kontrak kerja kepada petani selaku pemasok
utama bahan baku tebu ke pabrik. Pengadministrasiaan tanaman yang dilakukan petugas
dari pabrik terhadap petani meliputi luas lahan yang nantinya menentukan jumlah kontrak
bahan baku yang akan di pasok ke pabrik, sertana jenis tebu yang ditanam menentukan
jadwal tebang ketika tebu sudah dikatakan masak. Dalam proses pengadaan persediaan
bahan baku tebu, petani didampingi oleh petugas dari pabrik dalam pembinaan dan
pengawasan tanaman, sehingga nantinya diharapkan tebu yang akan ditebang memiliki
kualitas yang bagus. Untuk melakukan operasional dilahan, petani diberi hak untuk
mengajukan pinjaman yaitu kredit kepada pabrik untuk pengelolaan tanaman tebu dilahan.
Ketika sudah masuk waktu tebang angkut, petani akan melakukan panen yang
nantinya akan di bawa kepabrik. Standarisasi untuk menjaga kualitas bahan baku, selain
melakukan perawatan yang baik ketika proses penanaman, penangganan setelah tebang
juga menentukan baik buruknya kualitas bahan baku. Prinsip standarisasi bahan baku
yang dilakukan oleh pabrik yaitu MBS yang berarti Manis, Bersih dan Segar. Manis
berarti tebu yang akan ditebang haruslah dalam kondisi masak sempurna dari batang
bawah sampai batang atas. Bersih berarti tebung yang ditebang harus bersih dari tanah,
akar dan daun – daun kering yang menempel pada batang tebu. Segar berarti proses antara
tebang sampai masuk meja penggilingan sebisa mungkin secepatnya atau 1 x 24 dan
maksimal 2 x 24 jam. Ketika prinsip MBS dilakukan dalam penangganan tebang angkut
maka sudah mengikuti standarisasi untuk menjaga kualitas tebu pasca tebang, sehingga
rendemen yang dihasilkan tetap terjaga dan tidak menurun. Sistem pembelian bahan baku
tebu di pabrik gula ngadirejo Kediri menggunakan sitem bagi hasil. Sistem bagi hasil
didasarkan oleh rendemen tebu yang di kirim oleh pemasok dengan perhitungan apabila
rendemen diatas 8,5% pembagian hasilnya 75% untuk petani dan 25% untuk pabrik,
sedangkan apabila rendemen yang dihasilkan dibawah 8,5 maka bagi hasilnya 70% untuk
petani dan 30% untuk pabrik. | en_US |