dc.description.abstract | Fisika merupakan pelajaran yang dapat menumbuhkan berfikir siswa, yang
mampu menyelesaikan permasalahan atau fenomena alam yang terjadi di daerah
sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari. Fisika merupakan bagian dari sains, yang
berkaitan dengan mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis. Sehingga
IPA tidak hanya mengumpulkan penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip saja melainkan juga merupakan proses penemuan.
Selain itu, salah satu tujuan pembelajaran fisika di sekolah adalah mengembangkan
kemampuan berfikir yaitu kemampuan berfikir tingkat tinggi, kemampuan berfikir
tingkat tinggi melibatkan berfikir kritis dan kreatif. Kemampuan berfikir tingkat
tinggi merupakan salah satu potensi yang sangat diperlukan oleh peserta didik, pada
zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini, karena
selain IPTEK yang dapat dinikmati, teknologi ternyata juga timbul beberapa
permasalahan bagi manusia dan lingkungan. Namun upaya untuk melatih
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa sering terjadi kesalahan dari seorang guru.
Hal ini terlihat pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru yang
lebih banyak menggunakan metode pembelajaran konvensional, hal tersebut akan
membuat siswa kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan
berfikirnya, sehingga perlu adanya solusi dari hal tersebut. Berdasarkan permasalahan
diatas, maka diberikan alternative solusi yaitu pembelajaran yang menerapkan dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Tujuan dari
penelitian ini adalah: 1) mengkaji efektivitas penggunaan model Problem Based
Learning terhadap hasil belajar siswa dan 2) mengetahui peningkatan berfikir tingkat
tinggi dengan menggunakan model Problem Based Learning.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan di SMA
Negeri Ambulu Jember. Dalam hal ini sebelum pemilihan sampel perlu mengetahui
nilai rata-rata fisika kelas XI MIPA pada materi sebelumnya dan penentuan sampel
menggunakan purposive sampling area dan menggunakan desain group pretest posttest design dengan metode pengumpulan data meliputi tes, observasi, dan
wawancara serta menggunakan analisis data teknik uji t berbantuan SPSS 23. Adapun
melihat nilai rata-rata fisika kelas XI MIPA di ambil nilai rata-rata paling tinggi
sebagai kelas eksperimen yaitu kelas XI MIPA 5. Setelah di uji Independent Samples
T-test diketahui bahwa nilai hasil belajar siswa kelas eksperimen memiliki sig. (2-
tailed) 0,000 < 0,05, berdasarkan kriteria pengujian p < 0,05 maka Ho yang berbunyi
nilai rata-rata hasil belajar siswa nilai pre-test dan nilai post-test tidak berbeda
signifikan ditolak sehingga Ha diterima. Dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diterapkan model Problem Based
Learning (PBL). Penilaian diambil dari perolehan hasil mengerjakan soal pre-test dan
post-test pada saat kegiatan pembelajaran. nilai pre-test diambil diawal sebelum
kegiatan pembelajaran dan nilai post-test diambil setelah kegiatan pembelajaran
menggunakan model Problem Based Learning (PBL), dalam hal ini terjadi
peningkatan nilai dari pre-test ke post-test pada kelas eksperimen. Nilai pre-test rata ratanya sebesar 64 masuk dalam kriteria cukup, sedangkan nilai post-test rata-ratanya
91 masuk dalam kriteria sangat baik. Perolehan nilai juga dilihat dari hasil observasi
selama pembelajaran di kelas seperti saat kegiatan diskusi kelompok dan perolehan
hasil belajar siswa dengan peningkatan (N-gain) pada kelas eksperimen yaitu sebesar
0,75. | en_US |