Profil Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Ditinjau Dari Level Van Hiele Dan Jenis Kelamin
Abstract
Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa memiliki peran penting dalam
memfasilitasi transisi keterampilan dan pengetahuan ke dalam kehidupan dan
kegiatan nyata. Karena banyak masalah yang berkembang di dalam masyarakat,
keterampilan berpikir tingkat tinggi memperluas sumber psikologi sehingga siswa
mampu berpikir lebih baik dalam berbagai konteks. Keterampilan berpikir tingkat
tinggi terdiri dari analisis yang terdiri dari differentiating, organizing, dan
attributing, evaluasi yang terdiri dari checking dan critiquing, serta kreasi yang
terdiri dari generating, planning, dan producing. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan bagaimana profil keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
ditinjau dari level van Hiele dan jenis kelamin. Subjek penelitian ini adalah kelas
VIII.2 di SMPN 1 Srono. Teknik pengumpulan data menggunakan tes
keterampilan berpikir tingkat tinggi, tes level van Hiele, dan wawancara.
Siswa laki-laki pada level visualisasi mampu menyelesaikan masalah
analisis (C4) pada materi geometri dengan melibatkan attributing, organizing, dan
differentiating; mampu menyelesaikan masalah evaluasi (C5) dengan melibatkan
checking dan critiquing. Sedangkan siswa perempuan pada level visualisasi juga
mampu menyelesaikan masalah analisis (C4) pada materi geometri dengan
melibatkan attributing, organizing, dan differentiating; mampu menyelesaikan
masalah evaluasi (C5) dengan melibatkan checking dan critiquing; mampu
menyelesaikan masalah kreasi (C6) dengan melibatkan generating, planning, dan
producing.
Siswa laki-laki pada level analisis mampu menyelesaikan masalah analisis
(C4) pada materi geometri dengan melibatkan attributing, organizing, dan
differentiating; mampu menyelesaikan masalah evaluasi (C5) dengan melibatkan
ix
checking dan critiquing; mampu menyelesaikan masalah kreasi (C6) dengan
melibatkan generating, planning, dan producing. Sedangkan siswa perempuan
pada level analisis juga mampu menyelesaikan masalah analisis (C4) pada materi
geometri dengan melibatkan attributing, organizing, dan differentiating; mampu
menyelesaikan masalah evaluasi (C5) dengan melibatkan checking dan critiquing;
mampu menyelesaikan masalah kreasi (C6) dengan melibatkan generating,
planning, dan producing. Namun siswa perempuan memliki kreatifitas yang lebih
baik dibandingkan siswa laki-laki pada level analisis.
Siswa laki-laki pada level deduksi informal mampu menyelesaikan
masalah analisis (C4) pada materi geometri dengan melibatkan attributing,
organizing, dan differentiating; mampu menyelesaikan masalah evaluasi (C5)
dengan melibatkan checking dan critiquing; mampu menyelesaikan masalah
kreasi (C6) dengan melibatkan generating, planning, dan producing. Sedangkan
siswa perempuan pada level deduksi informal mampu menyelesaikan masalah
analisis (C4) pada materi geometri dengan melibatkan attributing, organizing, dan
differentiating; mampu menyelesaikan masalah evaluasi (C5) dengan melibatkan
checking dan critiquing; mampu menyelesaikan masalah kreasi (C6) dengan
melibatkan generating, planning, dan producing. Siswa pada level deduksi
informal memiliki kreatifitas yang lebih baik dibandingkan siswa pada level
geometri yang lebih rendah.
Berdasarkan hasil penelitian ini, tidak ada perbedaan yang signifikan
antara profil siswa laki-laki dan perempuan dengan level berpikir geometri yang
berbeda dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi ketika menyelesaikan
permasalahan. Siswa memiliki kemampuan serta alternatif penyelesaian yang
relatif sama dalam menyelesaikan permasalahan. Namun, siswa perempuan
cenderung memiliki kemampuan berbicara yang lebih baik dibandingkan lakilaki.
Siswa yang memiliki level berpikir geometri yang lebih tinggi juga
cenderung memiliki kreatifitas yang lebih baik. Selain itu, ditemukannya
hubungan antara strategi penyelesaian Polya dengan proses kognitif pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam taksonomi Bloom.