Show simple item record

dc.contributor.advisorHAPSARI, Triana Dewi
dc.contributor.authorLARASATI, Ami Retno
dc.date.accessioned2020-12-13T17:01:55Z
dc.date.available2020-12-13T17:01:55Z
dc.date.issued2020-01-28
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/102545
dc.description.abstractKemitraan selama ini menjadi solusi penting dalam bidang pertanian terutama dalam komoditas tebu. Solusi dibutuhkan baik dari sisi pabrik gula maupun petani. Pabrik gula membutuhkan pasokan tebu untuk memenuhi kapasitas giling, sedangkan petani membutuhkan jasa penggiling agar tebu dapat dipasarkan dalam bentuk gula. Kemitraan ideal sebagaimana yang ditegaskan oleh Peraturan Pemerintah No.44 Tahun 1997 adalah saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling menghidupi. Namun pada faktanya yang terjadi tidak demikian. Proses kemitraan antar pihak yang bermitra pada umumnya tidak dapat terlepas dari adanya asimetri informasi. Asimetri informasi ialah ketidak setaraan informasi antar pihak yang bermitra. Asimetri informasi dapat diperhatikan pada setiap proses hingga terjadinya kemitraan antara petani dan PG. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kemitraan, asimetri informasi, serta tingkat kepuasan yang terjadi antara petani tebu mitra kredit dengan pabrik gula. Penelitian ini dilakukan di pabrik gula Semboro yang terletak di Kecamatan Semboro Kabupaten Jember. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Oktober 2019. Metode penentuan responden yang digunakan adalah purposive sampling. Proses kemitraan dianalisis menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui secara menyeluruh bagaimana proses kemitraan yang terjadi. Asimetri informasi juga dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan konsep dilemma prissoners. Tingkat kepuasan petani tebu rakyat mitra kredit dianalisis dengan menggunakan analisis CSI dan IPA. Hasil analisis menunjukkan bahwa proses kemitraan dilakukan mulai pendaftaran, verifikasi kelengkapan persyaratan, pengajuan ke Bank BNI, cek lahan tebu petani, penyusunan RDKK, survei tempat tinggal, lahan, jaminan viii petani kredit, penentuan kelayakan kredit serta pemberian kredit. Petani secara umum sudah mengetahui tata cara kemitraan serta memperoleh pinjaman kredit. Namun ada beberapa petani yang tidak mau mengurus prosedur peminjaman kredit secara mandiri sehingga kepala kebun wilayah yang nantinya akan membantu. Petani hanya menyiapkan persyaratan saja. Asimetri informasi terjadi dalam interaksi yang dilakukan terutama pada saat penentuan kelayakan kredit serta penentuan nilai rendemen. Proses perhitungan nilai rendemen memang telah memiliki standar perhitungan yang ditetapkan, namun petani belum mampu mengakses informasi pada saat proses perhitungan rendemen di PG. Semboro. Petani mengetahui nilai rendemen setelah mendapatkan hasil total perhitungan rendemen dari PG. Tingkat kepuasan petani berdasarkan analisis CSI yaitu 84,36% dan termasuk dalam kategori sangat baik. Analisis IPA menempatkan atribut pencairan dana kredit, informasi rendemen, waktu pembayaran DO pada prioritas utama. Atribut jumlah dana kredit yang diberikan, persyaratan pengajuan kredit, komunikasi dengan pihak PG, pengaturan waktu giling, prosedur pengajuan kredit, respon terhadap keluhan pada kondisi pertahankan kinerja. Atribut frekuensi bimbingan teknis dan penentuan kualitas tebu pada prioritas rendah. Atribut pemetaan luas areal lahan dan profit sharing gula pada kondisi berlebihan atau non prioritas.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBERen_US
dc.subjectKemitraan Petani Tebu Rakyat Mitra Kredit dengan PG. Semboro di Kabupaten Jemberen_US
dc.titleKemitraan Petani Tebu Rakyat Mitra Kredit Dengan Pg. Semboro Di Kabupaten Jemberen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.prodiAGRIBISNIS


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record