| dc.description.abstract | Pendistribusian pupuk bersubsidi di Indonesia masih menjadi persoalan 
yang sangat serius, terdapat banyak pihak yang terlibat dalam penyaluran pupuk 
bersubsidi. Perebutan dalam mendapatkan pupuk bersubsidi oleh petani 
diakibatkan harga yang lebih murah tidak heran jika banyak petani yang memiliki 
lahan luas yang cakupannya lebih dari 2 Ha masih tetap menggunakan pupuk 
bersubsidi. Fokus pada penelitian ini adalah sistematika pendistribusian pupuk 
bersubsidi di wilayah Ijen, problematika pupuk bersubsidi di kalangan petani Ijen 
dan Penyimpangan perilaku pada petani Ijen dan tokoh elit lokal. Tujuan 
penelitian ini ialah untuk menganalisis dan menjelaskan dilema petani Ijen atas 
pupuk bersubsidi. Manfaat dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dilema 
petani Ijen atas pupuk bersubsidi. 
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif 
dengan pendekatan fenomenologi. Teknik penentuan informan menggunakan 
purposive sampling dengan lokasi penelitian di Dusun Curahmacan, Desa 
Kalianyar, Kecamatan Ijen, Bondowoso. Sedangkan teknik pengumpulan data 
dalam penelitian ini ialah observasi, dokumentasi, wawancara dan field note.
Untuk memperoleh keabsahan data, peneliti melakukan teknik triangulasi dengan 
membandingkan data primer dengan data sekunder yang sudah di dapat. 
Selanjutnya peneliti melakukan teknik analisis data yang dimulai dari 
pengumpulan data, pengolahan data mulai dari abstraksi hingga kategorisasi data, 
setelah itu data di interpretasi atau dianalisis dengan teori Jaringan Aktor dari 
Bruno Latour untuk penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pupuk bersubsidi menjadi barang 
yang sangat penting bagi petani Ijen sehingga untuk mendapatkan pupuk 
bersubsidi, petani Ijen melakukan dengan berbagai cara. Keterbatasan dan stok 
pupuk bersubsidi yang kurang maka menyebabkan petani Ijen bingung. Sebab, 
pasokan pupuk bersubsidi di wilayah sendiri tidak memadai membuat petani Ijen memutar otak untuk memenuhi kebutuhan pupuk yang disisi lain, jika membeli 
diluar zona lokal berhadapan dengan hukum hal inilah yang menjadikan 
kedilemaan di kalangan petani Ijen. Tidak hanya dari segi kuantitas pupuk 
bersubsidi, melainkan dari segi harga, yakni diatas HET yang telah ditentukan 
oleh Menteri Pertanian sehingga petani Ijen kerap melakukan pembelian pupuk 
bersubsidi diluar zona lokal yang lebih murah dibandingkan membeli pupuk 
bersubsidi di wilayah zona lokal dengan harga yang terbilang cukup mahal 
dikalangan petani Ijen.
Perilaku petani Ijen yang membeli di luar zona lokal tentunya memiliki 
ketakutan tersendiri dan beresiko. Hal inilah yang menjadi dilema pada petani 
Ijen. Jaringan aktor yang terbentuk atas entitas manusia dan non-manusia sangat 
berperan dalam pendistribusian pupuk bersubsidi. Jaringan aktor terbentuk 
dikarenakan untuk memudahkan para aktor mengakses dan mendapatkan profit 
dari pupuk bersubsidi sehingga hal inilah yang menjadi alasan mengapa jaringan 
aktor di kalangan petani Ijen dibentuk. Tindakan yang dilakukan para aktor 
menggunakan berbagai cara agar mendapatkan pupuk bersubsidi. Hubungan 
unsur-unsur yang berbeda dalam jaringan berupaya untuk bersama-sama menuju 
jaringan dengan melakukan konsolidasi demi tujuan yang ditentukan, yakni 
mendapatkan akses pupuk bersubsidi | en_US |