dc.description.abstract | Salah satu tujuan yang ada dalam Sustainable Development Goals (SDGs) terkait dengan kesehatan terutama gizi masyarakat adalah mengakhiri segala bentuk malnutrisi. Salah satu masalah malnutrisi yang sampai saat ini menjadi fokus pemerintah, terutama di negara berkembang adalah stunting. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita sehingga anak menjadi pendek dan tidak sesuai dengan usianya. Kejadian ini terjadi sejak di dalam kandungan, tetapi mulai nampak saat anak berusia 2 tahun. Sampai dengan tahun 2018, prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 30,8% dibandingkan dengan batasan yang telah ditetapkan oleh WHO sebesar 20%. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang masih memiliki masalah stunting yaitu sebesar 32,8% di tahun 2018. Salah satu Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang menjadi prioritas/intervensi stunting adalah Kabupaten Bondowoso.
Beberapa faktor risiko stunting diantaranya adalah faktor genetik, pola asuh dan perilaku hidup bersih dan sehat. Genetik yang didapatkan dari sel telur yang telah dibuahi dapat menentukan kuantitas dan kualitas pertumbuhan. Pola asuh merupakan kemampuan keluarga untuk meluangkan waktu, memberikan dukungan serta perhatian kepada anak supaya anak memiliki perkembangan dan pertumbuhan fisik, mental dan sosial. Sedangkan perilaku hidup bersih dan sehat memiliki risiko terhadap kejadian diare pada balita. Diare merupakan salah satu faktor risiko stunting, karena diare menyebabkan terjadinya malabsorbsi kepada balita. Dari 25 puskesmas di Kabupaten Bondowoso, Puskesmas Ijen memiliki prevalensi stunting tertinggi sebesar 42,17%. Dilihat dari karakteristik usia, kejadian stunting paling banyak terjadi pada kelompok balita usia 49-59 bulan Tingginya angka kejadian stunting pada balita perlu mendapatkan perhatian dan tindakan khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor genetik, pola asuh dan perilaku hidup bersih dan sehat menjadi faktor risiko stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ijen Kabupaten Bondowoso. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dan bersifat observasional. Populasi pada penelitian ini terdiri dari orang tua ataupun pengasuh balita berusia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ijen Kabupaten Bondowoso yang berjumlah 762 balita. Sampel pada penelitian ini sebanyak 76 balita dengan teknik pengambilan cluster sampling. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis dengan menggunakan chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) dan regresi logistik berganda (multiple regression).
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini berdasarkan uji statistik bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan kejadian stunting (p < 0,05). Ada tiga indikator pola asuh yang diteliti pada penelitian ini yaitu, praktik pemberian makan, rangsangan psikososial dan perawatan kesehatan. Berdasarkan uji statistik terdapat hubungan yang signifikan antara praktik pemberian makan dan perawatan kesehatan dengan kejadian stunting pada balita (p < 0,05). Sedangkan rangsangan psikososial tidak memiliki hubungan yang signifikan kejadian stunting pada balita (p > 0,05). Hasil statistik menunjukkan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare, serta faktor genetik dan diare dengan kejadian stunting. Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh merupakan faktor risiko kejadian stunting, sedangkan faktor genetik dan diare merupakan faktor protektif kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ijen Kabupaten Bondowoso. Adapun saran yang dapat diberikan bagi dinas kesehatan adalah penyebarluasan informasi terkait stunting dengan memberikan media informasi seperti leaflet dan poster untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap faktor risiko stunting pada balita, memberikan program intervensi terkait pentingnya keragaman/variasi makanan dan bekerja sama dengan pemerintah desa untuk mengadakan pasar murah dan sederhana. | en_US |