dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pelaksanaan pemberian ASI yang
telah dilakukan pada tanggal 12 Juni sampai 25 September 2019 menggunakan
pendekatan studi kasus. Informan penelitian ini yaitu kepala ruangan, perawat
pelaksana, konselor menyusui dan keluarga pasien, serta melakukan penentuan
menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan
menggunakan teknik wawancara mendalam, studi dokumentasi dan observasi,
kemudian akan disajikan dalam bentuk uraian kata-kata dari kutipan langsung
oleh informan, serta menggunakan teknik analisis menggunakan teori Miles dan
Huberman. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ruangan berpartisipati dalam fungsi
perencanaan yaitu dengan mengajukan rencana pengembangan ruangan,
kebutuhan pelatihan dan pengadaan logistik yang diajukan setiap tahun. Intervensi
yang dilakukan dalan pemberian ASI yaitu dengan pemberian Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai ASI kepada orangtua pasien, terdapat
media mengenai ASI seperti poster dan mading. Fungsi organizing meliputi
sumberdaya manusia, tersedianya metode pelaksanaan, serta sarana dan prasarana.
Ruangan secara aktif mengusulkan kebutuhan pelatihan dan kebutuhan tenaga
kesehatan setiap tahunnya. Metode pelaksanaan meliputi adanya SPO sebagai
panduan untuk melakukan tindakan, uraian pekerjaan yang terdapat di setiap map
tenaga kesehatan, shift kerja serta struktur organisasi yang akan mempengaruhi
proses komunikasi di ruang Alamanda. Fungsipenggerakanpemberian
ASIdiantaranya motivasi, komunikasi dan kepemimpinan. Motivasi yang didapat
oleh perawat pelaksana berupa pujian dan kepercayaan yang diberikan oleh kepala
ruangan. Komunikasi yang terjalin di ruang Alamanda cukup baik hal tersebut
karena terdapat pre dan pos conference yang dilakukan secara rutin yang
membicarakan mengenai kondisi pasien, hasil pelatihan atau seminar dan masalah
atau hambatan yang terjadi.
Fungsi pengawasan yaitu pencatatan susu formula, penilaian kinerja dan
supervisi. Namun pencatatan dan pelaporan susu formula tidak dilakukan sejak
pertengahan 2018, karena di ruang Alamanda tidak dilakukan IMD dan terdapat
beberapa indikasi medis dari bayi yang mengharuskan mendapatkan susu formula
khusus. Penilaian kinerja diruang Alamanda dilakukan setiap 3 bulan sekali dan
dinilai oleh kepala ruangan. Sedangkan supervisi yang dijalankan digunakan
sebagai pengganti kepala ruangan dan ketua tim atau disebut sebagai pengamat.
Rekomendasi yang disarankan dari hasil penelitian adalah rumah sakit dapat
membuat leaflet dan stand banner atau x banner dengan 2 bahasa, yaitu bahasa
madura dan bahasa indonesia, menyediakan SPO mengenai pijat oksitosin dan
menunjuk tenaga pelaksana untuk melakukan pijat oksitosin, melakukan
sosialisasi atau induksi SPO, menegakkan pelaporan dan pencatatan dengan
menggunakan format yang lebih rinci, serta melakukan supervisi secara
partisipatif dengan menunjuk tim supervisi dan menyusun instrumen. | en_US |