Show simple item record

dc.contributor.advisorTrihartono, Agus
dc.contributor.advisorHara, Abubakar Eby
dc.contributor.authorSEMBODHO, Kukuh Ugie
dc.date.accessioned2020-07-29T03:19:02Z
dc.date.available2020-07-29T03:19:02Z
dc.date.issued2019-07-09
dc.identifier.nimNIm 150910101007
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/100196
dc.description.abstractPenemuan dan perkembangan internet telah berdampak bagi banyak hal termasuk dalam pola hubungan antarnegara baik yang bersifat konstruktif maupun destruktif. Ruang siber oleh banyak pakar disebut sebagai domain kelima peperangan setelah daratan, laut, udara, dan ruang angkasa. Dalam beberapa dekade terakhir telah banyak serangan yang diluncurkan melalui ruang siber seperti Operation Desert Storn, Stuxnet, Estoman Cyber Attack, dll. Serangan di ruang siber memiliki banyak variasi dan dapat diluncurkan oleh individu hingga Negara. Salah satu persaingan di ruang siber antarnegara yang menarik untuk dikaji adalah persaingan antara Amerika Serikat dan Korea Utara. Kedua Negara terlibat dalam banyak kasus peperangan siber. Persaingan kedua Negara tersebut menarik ketika Amerika Serikat sebagai salah satu negara dengan system keamanan siber terkuat di dunia justru beberapa kali berhasil diserang oleh Korea Utara dengan medium ruang siber. Beberapa serangan siber seperti 4th of July Cyber Attack, Sony Cyber Attack, dan WannaCry Ransomware menunjukkan kerentanan Amerika Serikat di ruang siber. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan keterbatasan strategi deterrence Amerika Serikat terhadap serangan siber Korea Utara. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan alasan dibalik keterbatasan strategi deterrence Amerika Serikat terhadap serangan siber Korea Utara. Sumber data yang digunakan yakni literature berupa buku baik cetak maupun e-book, artikel dari internet, dan jurnal ilmiah. Analisis data yang dilakukan yakni menggunakan eksplanatif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterbatasan strategi deterrence Amerika Serikat terhadap Korea Utara di ruang siber disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik ruang siber sebagai sebuah domain perang. Beberapa factor seperti anonimitas, asimetri, super-empowered individuals, skalabilitas dan temporalitas dianggap menjadi alasan kunci bagi kerentanan Amerika Serikat di ruang siber. Anonimitas berkaitan dengan sifat serangan di ruang siber dilakukan secara diam-diam dan tidak transparan, sifat ini membuat proses atribusi menjadi terhalang. Walaupun atribusi dapat dilakukan, adanya sifat asimetri juga menjadi faktor dari kerentanan Amerika Serikat terhadap serangan siber. Ketergantungan Amerika Serikat dan Korea Utara terhadap internet yang asimetris membuat satu Negara diuntungkan sedang lainnya dirugikan. Selain itu fakta apabila seorang atau sekelompok dapat meluncurkan serangan siber seperti yang terjadi pada Sony Cyber Attack membuat proses retaliasi menjadi sulit. Temuan lain juga menjelaskan dua sifat dari serangan siber yang membuatnya berbeda, yaitu skalabilitas dan temporalitas. Skalabilitas mengacu pada kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan oleh sebuah serangan sedangkan temporalitas mengacu pada sifat serangan yang tiba-tiba tanpa peringatan dini.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politiken_US
dc.subjectDeterrenceen_US
dc.subjectSiberen_US
dc.titleKeterbatasan Strategi Deterrence Amerika Serikat terhadap Serangan Siber Korea Utaraen_US
dc.identifier.prodiHUBUNGAN INTERNASIONAL
dc.identifier.prodi0910101


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record