dc.description.abstract | Ekstrak cacing tanah (Pheretima javanica) merupakan obat tradisional. Untuk diterima dalam pelayanan kesehatan formal maka hasil data empirik harus didukung oleh bukti ilmiah tentang khasiat dan keamanan penggunaannya pada manusia. Bukti tersebut hanya dapat diperleh dari penelitian yang dilakukan secara sistematik. Tahapan pengembangan obat tradisional adalah uji in vitro, in vivo, uji praklinik yang terdiri dari uji toksisitas, uji farmakodinamik dan uji klinik. Uji toksisitas terdiri dari uji toksisitas akut dan uji toksisitas subakut. Toksisitas subakut bertujuan untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yang diberikan secara oral pada hewan coba selama sebagian umur hewan yang tidak terdeteksi dalam uji toksisitas akut.
Cacing tanah (Pheretima javanica) memiliki kandungan asam amino hidroksiprolin 19,04% yang berperan dalam aktivitas antibakteri. Genus cacing tanah (Pheretima) mengandung senyawa yang mirip dengan lumbricin seperti yang dihasilkan oleh cacing Lumbricus rubellus. Contohya spesies Pheretima tschiliensis menghasilkan senyawa yang mirip dengan lumbricin, senyawa ini diberi nama PP-1, dimana PP-1menunjukkan homologi 77,6% dengan lumbricin peptide antimikroba I yang diisolasi dari cacing tanah Lumbricus rubellus. Pheretima javanica menghasilkan antibakteri yang memiliki berat molekul 31,0 kDa dan 34,0 kDa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris. Hal ini dikarenakan perlakuan dan lokasi penelitian bertempat di laboratorium. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, Laboratorium Histologi SMK Analis TPA Jember dan
Laboratorium Biologi Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Jember. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Oktober tahun 2018 sampai tanggal 26 Januari tahun 2019. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis toksisitas subakut ekstrak cacing tanah (Pheretima javanica) terhadap faal, morfologi dan gambaran histopatologi hati tikus putih (Rattus norvegicus).
Parameter pengamatan dalam penelitian ini diantaranya pengamatan terhadap faal, morfologi dan gambaran histopatologi hati tikus putih (Rattus norvegicus). Pengamatan faal yakni uji bioklinis berupa SGOT dan SGPT. Uji SGOT dan SGPT dilakukan setelah dilakukannya perlakuan, kemudian hasil di bandingkan dengan kadar normal. Nilai uji yang didapat tidak melebihi 2 kali lipat sehingga ekstrak cacing tanah tidak memberikan efek toksik terhafap faal hati tikus putih (Rattus norvegicus). Pengamatan morfologi menunjukkan bahwa semua kelompok perlakuan normal yang ditandai dengan warna merah kecoklatan yang berarti ekstrak cacing tanah tidak memberikan efek toksik terhafap morfologi hati tikus putih (Rattus norvegicus) serta berat relatif organ yang telah dianalisis menggunakan analisis one way ANOVA menunjjukkan nilai probabilitas p>0,01 dengan nilai signifikasi sebesar 0,202 yang berarti ekstrak cacing tanah (Pheretima javanica) berpengaruh secara tidak signifikan terhadap berat relatif organ hati tikus putih (Rattus norvegicus).
Hasil pengamatan gambaran histopatologi yang didapat dalam nilai skor kemudian dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis. Hasil analisis menunjukkan nilai probabilitas p>0,01 dengan nilai signifikasi sebesar 0,654 yang berarti ekstrak cacing tanah (Pheretima javanica) berpengaruh secara tidak signifikan terhadap histipatologi tikus putih (Rattus norvegicus). Hasil analisis secara keseluruhan baik faal, morfologi dan gambaran histopatologi menunjukkan bahwa ekstrak cacing tanah (Pheretima javanica) berpengaruh secara tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak cacing tanah (Pheretima javanica) aman untuk dikonsumsi dalam jangka panjang karena tidak menimbulkan efek toksik terhadap faal, morfologi dan gambaran histopatologi hati tikus putih (Rattus norvegicus). | en_US |