Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh & Putresin terhadap Daya Perbanyakan dan Regenerasi Kalus Antera Padi Hitam
Abstract
Perakitan varietas unggul dan pengumpulan plasma nutfah padi melibatkan
proses pemilihan dan penyimpanan tetua yang memiliki sifat genotip dan fenotipe
yang unggul. Aplikasi kultur antera mampu mempercepat perakitan varietas unggul
dalam waktu singkat melalui galur murni atau homozigot. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilan kultur antera adalah faktor teknis yang meliputi
perlakuan suhu rendah dan formulasi regulasi pertumbuhan. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk memperoleh kombinasi media kultur antera terbaik untuk proses
keberhasilan kultur antera berupa kalus yang bisa diregenerasikan menjadi tanaman
haploid yang mampu mempercepat perakitan varietas unggul dalam waktu singkat
melalui galur homozigot.
Pada penelitian ini menggunakan padi hitam varietas lokal yang ditaman pada
pot dan proses perawatan tanaman dilakukan di greenhouse. Setelah masuk fase
bunting, malai dengan kriteria panjang mencapai 9-12 cm dipanen dan dilakukan
proses perlakuan suhu dingin (Cold Pre-treatment) 4°C selama (0; 4; 8; 10; 12) hari.
Proses pembuatan media kultur, sterilisasi media, dan sterilisasi alat dilakukan
ketika proses perlakuan suhu dingan dilakukan. Malai disterilisasi dan ditanam pada
media induksi kalus dengan formulasi media yang sudah disusun meliputi zat
pengatur tumbuh NAA(0,5; 1; 1,5; 2)mg/L , Kinetin(0,25; 0,5) mg/L , dan
Putresin(5; 10; 15; 20)μM. Eksplan di inkubasi pada kondisi gelap suhu 28°C
selama 30 hari, dan dilakukan pengamatan ukuran kalus, kecepatan pertumbuhan
kalus, dan foto dokumentasi/deskripsi. Subkultur dilakukan pada media yang sama
atau berbeda untuk menjaga nutrisi pada media kultur tetap terpenuhi untuk
pertumbuhan kalus. Untuk Kombinasi media regenerasi meliputi zat pengatur
tumbuh NAA (1; 2; 3)mg/L dan BAP (1; 2; 3; 4)mg/L .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Cold pre treatment terbaik pada suhu
4°C selama 8 hari dengan persentase pertumbuhan kalus antera 20%. Optimasi
penambahan 1 mM putresin pada media induksi kalus dengan percepatan
pertumbuhan kalus terbaik yaitu 15 μM dan 20 μM. Rata – rata ukuran kalus
tertinggi pada masing-masing varietas yaitu HM 1,0477 mm pada kombinasi 1,5 :
0,5, PI 1,0493 mm pada kombinasi 2 : 0,25, HB 0,4877 mm pada kombinasi 2 :
0,25, HL 0,7293 mm pada kombinasi 2 : 0,25 dan HBj 1,1380 mm pada kombinasi
2 : 0,5. Data persentase kalus tertinggi masing-masing varietas yaitu HM 7% pada
kombinasi T8 (2:0.5), PI 10% pada kombinasi T8 (2:0.5), HB 26% pada kombinasi
T8 (2:0.5), HL 12% pada kombinasi T8 (2:0.5), HBj 5% pada kombinasi T8 (2:0.5).
Kecepatan pertumbuhan kalus diperoleh data dengan tiga kali pengematan dengan rentang tujuh hari, yaitu HBj 0,0387 mm/h, HM 0,0366 mm/h; PI 0,0329 mm/h; HL
0,0326 mm/h dan HB 0,0161 mm/h.
Tahapan regenerasi kalus menghasilkan data persentase kalus greenspoot,
kalus browning, kalus membentuk planlet, dan kalus berakar. Persentase tertinggi
untuk kalus hijau yaitu kombinasi T12 (3 NAA : 4 BAP) sebanyak 62,5%.
Persentase tertinggi untuk kalus brown yaitu kombinasi T9 (3 NAA :1 BAP)
sebanyak 75%. Planlet yang tumbuh dan berwarna hijau yaitu pada kombinasi T12
(3 NAA : 4 BAP) sebanyak 25%. Persentase tertinggi untuk kalus berakar yaitu
kombinasi T9 (3 NAA : 1 BAP) sebanyak 50%.
Kesimpulannya adalah dengan perlakuan suhu 4°C selama 8 hari dengan
media induksi kalus NAA 2 mg.L- + Kinetin 0,5 mg.L- + Putresin (15; 20) μM dapat
menghasilkan kalus antera dengan persentase terbaik dan media regenerasi kalus
NAA 3 mg/L + BAP 4 mg/L bisa menghasilkan kalus greenspot dan planlet hijau.
Collections
- MT-Agroindustry [15]