Aspek Mise-enscene dalam adegan perjalanan Jenderal Soedirman menuju Desa Sobo Pacitan Karya Viva Westi (Analisis Estetika A.A.M. Djelantik)
Abstract
Film diartikan sebagai suatu genre seni bercerita berbasis audio-visual,
atau cerita yang dituturkan pada penonton melalui rangkaian gambar bergerak
(Zoebazary, 2016: 137). Secara umum film dapat dibagi atas dua unsur
pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Unsur naratif adalah bahan
(materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk
mengolahnya. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok yakni, miseen-scene, sinematografi, editing dan suara (Pratista, 2008:2). Berdasarkan latar
belakang tersebut penulis akan meneliti aspek mise-en-scene pada film Jenderal
Soedirman yang berfokus pada empat elemen mise-en-scene diantaranya set
(latar), kostum dan tatarias, pencahayaan, yang terakhir pemain dan
pergerakannya
. Film Jenderal Soedirman merupakan film Biografi yang dirilis pada
tahun 2015 dan disutradai oleh Viva Westi yang dibintangi oleh Adipati Dolken
yang berperan sebagai Jenderal Soedirman. Film Jenderal Soedirman
menceritakan tentang sebuah perjalanan menuju arah selatan dan memimpin
perang gerilya hingga tujuh bulan, meskipun saat itu Beliau sedang didera sakit
berat. Saat itu juga, Belanda menyatakan Indonesia sudah tidak ada. Jenderal
Soedirman dari kedalaman hutan menyerukan dan menyatakan bahwa Republik
Indonesia masih ada dan tetap kokoh berdiri bersama para tentara nasionalnya
yang kuat. Penulis memilih film Jenderal Soedirman karena merupakan film
biografi yang merupakan salah satu pahlawan Indonesia yang populer dan aspek
mise-en-scene yang terdapat dalam film dibuat senyata mungkin dengan setting
tahun 1948.
Penulisan ini menggunakan teori mise-en-scene milik Pratista. Teori
kedua adalah teori Estetika A.A.M Djelantik. Aspek mise-en-scene yang terdapat
dalam film Jenderal Soedirman dianalisis menggunakan Estetika A.A.M Djelantik.
Jenis penulisan yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
teknik observasi, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisis data yang
digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan
verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 8 adegan perjalanan Jenderal
Soedirman menuju Desa Sobo Pacitan. Masing masing adegan memiliki aspek
mise-en-scene yang berbeda. Pembahasan setting pada setiap adegan memiliki 2
setting lokasi yang berbeda, yaitu lokasi setting yang dilakukan di outdoor dan
indoor. Pembahasan properti pada setiap adegan menggunakan hand properti
seperti senjata yang selalu digunakan oleh setiap pemain dan set properti yang
mendukung setting. Pembahasan kostum dan tata rias setiap adegan memiliki tata
rias kostum yang berbeda pada setiap pemain agar menunjukkan perbedaan
kedudukan dan ciri khas masing-masing pemeran. Aspek mise-en-scene mampu
menghasilkan rasa ruang dan waktu, pengaturan susana hati, dan menggambarkan
karakter film tersebut dengan didukungnya setting, properti, kostum dan tata rias
yang dibuat semirip mungkin dengan peristiwa di tahun 1948.
Pembahasan dari estetika yang terdapat dalam film memiliki 3 aspek yakni
(1). Wujud atau rupa (appearance) yang terdapat dalam setiap adegan memiliki
satu-kesatuan, penekanan dan keseimbangan yang memperkuat identitas pada
setiap adegan. (2). Bobot atau isi (content, substance) menggambarkan suasana
yang ada dalam setiap adegan. (3). Penampilan, penyajian (presentation) pada
setiap adegan memiliki perbedaan pada setiap setting dan properti.