Pengaruh Model Problem Based Learning disertai Peta Berpikir 3D terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Fisika di SMA
Abstract
Permasalahan yang sering terjadi dalam dunia pendidikan adalah
rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi. Kurangnya inovasi
dalam pembelajaran menyebabkan siswa kurang tertarik dalam mengikuti
pembelajaran, sehingga berdampak pada kemampuan dalam menangkap informasi
yang seharusnya didapatkan saat proses belajar mengajar berlangsung.
Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning tidak dirancang
dengan tujuan agar guru menyampaikan banyak informasi. Pembelajaran yang
terintegrasi terhadap masalah bertujuan untuk dapat mengembangkan pemikiran
menjadi lebih terampil. Kurikulum 2013 membutuhkan model pembelajaran yang
didalamnya harus memuat aktivitas dan kreativitas, inspirasi, menyenangkan,
berpusat pada siswa, kontekstual dan pembelajaran bermakna. Keterampilan
berpikir tingkat tinggi adalah keterampilan yang harus dikenalkan pada siswa dan
harus dilatih serta dikelola dengan baik oleh guru. Kemampuan dalam berpikir
kreatif sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi sebagai modal dalam menghadapi
tantangan pada abad ke-21.
Penerapan model pembelajaran akan lebih optimal dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif secara optimal adalah dengan memberikan suatu
bantuan yang dapat dipakai untuk mengaktifkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi pada siswa melalui teknik pemetaan. Peta berpikir 3D merupakan suatu
representasi eksternal yang dapat dijelaskan menggunakan dimensi kognitif,
afektif dan sosial. Dalam penerapannya peta berpikir 3D berisi peta konsep, peta
kausal, peta argumen yang apabila diterapkan memungkinkan terjadinya proses belajar secara mandiri serta pembelajaran akan lebih bermakna karena siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh dari model pembelajaran
Problem Based Learning disertai peta berpikir 3D agar dapat dijadikan sebagai
solusi alternatif dari permasalahan yang ada. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian true eksperimental dengan desain penelitian Posttest Only Control
Design. Teknik analisis data yang digunakann oleh peneliti adalah uji normalitas
dan uji beda (t-test) dengan menggunnakan SPSS 23. Peneliti melakukan 3 kali
pembelajaran fisika di dalam kelas pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Perlakuan yang diberikan kepada kelas kontrol dan eksperimen oleh peneliti
adalah berbeda. Kelas eksperimen menggunakan model Problem Based Learning
disertai Peta berpikir 3D, sedangkan untuk kelas kontrol tidak menggunakannya.
Perbedaan perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas
kontrol mengakibatkan hasil data nilai pada saat post-test diberikan kepada siswa
memiliki perbedaan. Hasil uji normalitas dari skor siswa pada kelas eksperimen
dan kontrol adalah normal (kelas ekperimen 0,074 > batas minimal 0,05 dan kelas
kontrol 0,077 > 0,05), sedangkan hasil uji t yang menggunakan Independent
Sample T-Test pada kemampuan berpikir kreatif siswa memiliki nilai Sig. (2-
tailed) bagian Equal variannces not assumed yaitu 0,000 kemudian nilai tersebut
dibagi 2 karena menggunakan uji 1 pihak. Hasil dari nilai Sig. (2 tailed) dibagi 2
yaitu 0,000. Hasil bagi tersebut memiliki nilai yang lebih kecil daripada 0,05
maka dapat ditarik kesimpulan yaitu H0 ditolak dan Ha diterima dengan arti bahwa
Problem Based Learning disertai peta berpikir 3D berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa di SMA.
Hasil uji normalitas untuk hasil belajar siswa di kelas eksperimen dan
kontrol adalah tidak normal, maka uji t pada hasil belajar siswa menggunakan
Mann Whitney U Test. Hasil uji t dari hasil belajar siswa yaitu memiliki nilai Sig
(2-tailed) sebesar 0.000 maka nilai tersebut di bawah 0,05 yang menunjukkan
menunjukkan bahwa Ha diterima (H0 ditolak) maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa model Problem Based Learning disertai peta berpikir 3D berpengaruh
terhadap hasil belajar fisika di SMA.`