Dinamika War of Position Dalam Pengembangan Wisata Syariah DI Pulau Santen Banyuwangi
Abstract
Untuk mewujudkan impian wisata syariah yang dilakukan sejak 2017
hingga sekarang, jarak lebar antara niat, kepengaturan, dan upaya
menyejahterakan masyarakat Pulau Santen dapat muncul dari beberapa persoalan
yang terjadi di dalamnya. Pertama, kerja sama diantara Masyarakat Pulau Santen,
TNI Banyuwangi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata itu tidak bebas nilai, ruang
produksi ekonomi politik wisata syariah bergerak menjadi arena kontestasi
orientasi kehendak pemenuhan produksi masing-masing entitas yang ada di
dalamnya. Sehingga, konsekuensi yang terjadi ialah benturan terhadap aksesakses
produksi wisata syariah dan politik kepentingan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana formasi perang
posisi yang dilakukan subjek untuk mempertegas posisinya yang saling
berhadapan di dalam diskursus pengembangan wacana wisata syariah Pulau
Santen Banyuwangi? Tujuan penelitian ini adalah untuk memikirkan kembali
formasi perang posisi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, TNI
Banyuwangi, dan masyarakat Pulau Santen. Penelitian ini menggunakan kerangka
berpikir dari Antonio Gramsci yang menempatkan hegemoni untuk mengungkap
apa yang terjadi diantara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, TNI Banyuwangi,
dan masyarakat Pulau Santen sekaligus hendak memikirkannya pada konsepsi
perang posisi (war of position). Metode yang digunakan dalam melaksanakan
penelitian ini adalah etnografi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara, observasi, pengamatan, dan dokumentasi untuk memperolah
keragaman data, pengalaman, dan kedalaman masalah yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistematika kebijakan penguasa yang
bobrok ditegaskan melalui ketidakmampuannya untuk menjalankan fungsi kuasa
yang dominan. Ketika menyeiringkan bentuk kerja barengan yang diatur dalam
motif kerjasama antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan TNI
Banyuwangi justru mendapat pukulan balik yang menimpa fungsi dan posisi
sosial keduanya. Mengetahui hubungan yang janggal dan kontradiksi yang terjadi
di wisata syariah, sesuai dengan konteks penelitian ini, setting keterlibatan antara
pemerintah dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, TNI Banyuwangi, dan
kelompok masyarakat Pulau Santen merepresentasikan benturan kepentingan
ekonomi politik. Bukan hanya pada keberadaan komoditas wisata dan aset tanah
dalam artikulasi modal dijalankan, tetapi sekaligus pada tataran ruang ideologis
yang dibicarakan Gramsci pada praktik hegemoni. Praktik hegemoni menuntun
analisa realitas yang terjadi diantara ketiga entitas tersebut dan merepresentasikan
diri mereka dalam posisi yang dibicarakan Gramsi sebagai kaum intelektual dalam
masyarakat sipil dan negara yang berkonsekuensi pada terjadinya perang posisi
(war of position).