Hubungan Kualitas Air Sumur Bor Berdasarkan Uji Biologi, Kimia dan Fisika Dengan Ketinggian Dataran di Kabupaten Jember serta Pemanfaatannya Sebagai Buku Ilmiah Populer
Abstract
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indosenesia
No.492/MENKES/PER/IV/2010 mengenai persyaratan kualitas air minum
terdapat tiga parameter wajib, yaitu parameter mikrobiologi, parameter kimia dan
parameter fisika. Pada parameter mikrobiologi menyatakan bahwa kadar
maksimum total bakteri Escherichia coli adalah 0 per 100 ml sampel (bebas
Escherichia coli) dan batas total bakteri coliform adalah 0 per 100 ml sampel
(bebas bakteri coliform). Parameter kimia berdasarkan pH, air yang bai adalah
6,5-8,5 dan oksigen terlarut minimum 6 mg/L. Sedangkan parametr fisika dapat
dilihat dari sifatnya yang tidak berbau, berasa dan total zat padat terlarut (TDS)
adalah 500 mg/L, namun belum diketahui kualitas air sumur bor di Kabupaten
Jember berdasarkan uji biologi, kimia dan fisika yang dihubungkan dengan
ketinggian dataran.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kualitas air sumur
bor berdasarkan uji biologi, kimia dan fisika dengan ketinggian dataran di
Kabupaten Jember menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 dan untuk menganalisis kelayakan buku
ilmiah populer tentang hubungan kualitas air sumur bor berdasarkan uji biologi,
kimia dan fisika dengan ketinggian dataran di Kabupaten Jember. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember dan di Laboratorium Kualitas Air Fakultas Teknologi
Pertanian. Penelitian di awali dengan pengambilan sampel dengan menggunakan
teknik Purposive sampling. Kemudian melakukan uji TPC, uji derajat keasaman,
uji kadar oksigen terlarut, uji organoleptik dan uji zat padat terlarut terhadap
masing-masing sampel.
Hasil uji kandungan total bakteri colifom menunjukkan bahwa semua
sampel mengandung bakteri coliform. Berdasarkan uji organoleptik sampel
Kaliwates 2 didapatkan hasil sedikit berbau dan sedikit berasa, sedangkan sampel
lain menunjukkan hasil tidak berbau dan tidak berasa. Uji nilai zat padat terlarut
menunjukkan hasil Arjasa 2 memiliki nilai zat padat terlarut terendah yaitu 92
mg/l dan yang memiliki nilai zat padat terlarut tertinggi berada di sampel
Wuluhan 1 mencapai 774 mg/l.
Hasil analisis uji korelasi Pearson tentang hubungan ketinggian dataran
dengan kualitas biologi pada air sumur bor menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p = 0,167) karena nilai probabilitas lebih kecil daripada tingkat
signifikansi ( Sig < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
ketinggian dataran dengan uji biologi, sehingga tinggi dan rendahnya dataran
tidak mempengaruhi jumlah bakteri dalam sumur bor. Hasil analisis uji korelasi
Pearson tentang hubungan ketinggian dataran dengan derajat keasaman pada air
sumur bor menunjukkan hasil yang signifikan (p = 0,009) karena nilai probabilitas
lebih kecil daripada tingkat signifikansi ( Sig < 0,01) dan berkolarasi secara tinggi
(r= -0,492) terhadap kualitas kimia derajat keasaman karena r > 0,1, tanda (-)
berarti koefisien korelasi menunjukkan bahwa apabila ketinggian dataran semakin
tinggi maka diikuti dengan penurunan nilai derajat keasaman (pH). Hasil analisis
hubungan antara ketinggian dataran dengan oksigen terlarut pada air sumur bor
menunjukkan hasil yang signifikan (p = 0,001) karena nilai probabilitas lebih
kecil daripada tingkat signifikansi ( Sig < 0,01) dan berkolarasi secara tinggi (r=
0,590) terhadap kualitas kimia derajat keasaman karena r > 0,1, dimana semakin
tinggi ketinggian dataran maka akan diikuti kenaikan nilai oksigen terlarutnya.
Hal ini menunjukkan bahwa ketinggian dataran ada hubungan dengan kualitas
kimia baik dalam uji derajat keasaman maupun oksigen terlarut. Hasil analisis uji
korelasi Pearson tentang hubungan ketinggian dataran dengan kualitas fisika (zat
padat terlarut) pada air sumur bor menunjukkan hasil yang signifikan (p = 0,004)
karena nilai probabilitas lebih kecil daripada tingkat signifikansi ( Sig < 0,01) dan
dan berkolarasi secara tinggi (r= -0,538) terhadap kualitas fisika (zat padat
terlarut) r > 0,1, tanda (-) pada koefisien korelasi menunjukkan bahwa apabila
ketinggian dataran semakin tinggi maka diikuti dengan nilai zat padat terlarut
yang semakin rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
ketinggian dataran dengan kualitas fisika (zat padat terlarut).
Kelayakan Buku Ilmiah Populer dari hasil penelitian hubungan kualitas air
sumur bor berdasarkan uji biologi, kimia dan fisika dengan ketinggian dataran di
Kabupaten Jember dinyatakan layak untuk dijadikan sebagai sumber informasi
masyarakat umum dengan rata-rata seluruh validator adalah 75,26%.