Pelarutan Batuan Leucite dan Apatit Menggunakan Kombinasi Senyawa Humik Ketela Pohon dan Bakteri (Pelarut Fosfat dan Kalium).
Abstract
Batuan mineral apatit dan leusit merupakan sumber daya mineral dengan ketersediaan tinggi tetapi mempunyai kelarutan mineral rendah. Penelitian ini difokuskan pada kombinasi bakteri pelarut fosfat dan kalium dan humik ketela pohon sebagai agen bioleaching dalam proses pelarutan kalium dan fosfat dari bahan agromineral.
Bahan agromineral leusit yang digunakan diperoleh dari Situbondo dan Pati, sedangkan bahan apatit berasal dari kabupaten Tuban dan Ciamis di Indonesia. Agromineral diperlakukan dengan isolat bakteri pelarut fosfat (BPF) dan bakteri pelarut kalium (BPK), dikombinasikan dengan senyawa humik dari ketela pohon sebagai media. Kelarutan mineral diamati setiap 2 minggu sekali selama 12 minggu meliputi fosfat, kalium, dan pH media. Produksi asam organik dianalisa untuk mengamati aktivitas bakteri dan perubahan fisik permukaan batuan akibat pelarutan bakteri dipindai menggunakan scanning microscope electron (SEM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas pelarutan fosfat tertinggi tercatat pada minggu ke 4 (344,23 ppm) yang dilepaskan dari apatit Tuban dengan kombinasi BPF dan BPK dengan senyawa humik, sedangkan pelarutan kalium tertinggi diperoleh pada minggu ke 6 untuk Leusit Situbondo (44,21 me / 100 g) dengan kombinasi senyawa humik ketela pohon dan BPK. Analisis Anova menunjukkan tanda yang berbeda pada kedua mineral untuk pelarutan fosfat, dan kalium. Hasil SEM menunjukkan kerusakan permukaan batuan setelah periode pengamatan 12 minggu yang mengindikasikan bahwa pelarutan mineral terjadi. karena banyak asam organik seperti asam sitrat, ferulat, khumarat, siringat, dan malat terdeteksi, dan dapat disimpulkan bahwa baik BPK dan atau BPF secara aktif tumbuh di media bahan humik dari ketela pohon, mendukung pelarutan fosfat dan kalium dari batuan leusit dan apatit sebagai sumber untuk agrominerals.
Collections
- MT-Biology [15]