Proses Berpikir Siswa Tunanetra Dalam Menyelesaikan Soal Operasi Hitung Bilangan Bulat
Abstract
Menurut Steiner dan Fresenborg (dalam Veriyanti, 2012: 2), tugas pokok
pengajaran matematika di sekolah ialah menjelaskan proses berpikir siswa dalam
mempelajari matematika dengan tujuan memperbaiki pengajaran matematika di
sekolah. Mengetahui proses berpikir siswa tunanetra merupakan hal penting dalam
belajar matematika terutama dalam pemecahan masalah karena melalui hal tersebut
guru dapat merencanakan dan merancang model pembelajaran yang cocok serta
dapat memudahkan siswa tunanetra dalam memahami materi yang diajarkan oleh
guru sehingga hasil belajar yang diperoleh akan baik.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses
berpikir siswa tunanetra dalam menyelesaikan masalah pada pokok bahasan operasi
hitung bilangan bulat. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif karena penelitian ini mendeskripsikan proses berpikir siswa
dalam menyelesaikan masalah atas dasar data yang diperoleh di lapangan pada saat
siswa dalam menyelesaikan persoalan disesuaikan dengan pengetahuan dalam
ingatannya saat memahami soal, merencanakan, dan melaksanakan rencana yang
terbagi menjadi 3, yaitu konseptual, semikonseptual, dan komputasional. Instrumen
yang digunakan adalah soal tes pemecahan masalah operasi hitung bilangan bulat,
dan pedoman wawancara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
metode tes dan wawancara. Data yang dianalisis adalah data hasil tes pemecahan
masalah dan hasil wawancara mendalam terhadap jawaban siswa.
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan pada tanggal, 9-10 Juni 2017 di
SMPLB-A TPA Jember. Berdasarkan langkah- langkah pemecahan masalah yang
dilakukan oleh kedua subjek penelitian, terdapat klasifikasi proses berpikir yang
berbeda. Sesuai dengan indikator proses berpikir menurut Zuhri pada penelitian ini,
siswa dengan proses berpikir semikonseptual pada tahapan memahami masalah
dapat diketahui bahwa siswa kurang mampu mengungkapkan dengan kalimat
sendiri yang diketahui dan ditanya dalam soa, hal ini terlihat saat siswa harus
membaca berulang-ulang untuk menyampaikan yang ia ketahui dalam soal. Pada
tahapan menyusun rencana penyelesaian dapat diketahui siswa kurang mampu.