Exertion of Cultures and Hegemonic Power in Banyuwangi: The Midst of Postmodern Trends
Date
2017-06-01Author
Setiawan, Ikwan
Tallapessy, Albert
Subaharianto, Andang
Metadata
Show full item recordAbstract
This article aims to criticize the incorporation and
commodification of Using cultures undergone by Abdullah
Azwar Anas in Banyuwangi, East Java. To answer the problem,
we analyze primary data from our field research and secondary
data from online media related to AAA’s efforts to incorporate,
articulate, and commodify Using cultures into various carnival
programs (2011-2017) by applying theories of commodification,
postmodernism, and hegemony. The result of this study shows
that, driven by his desire to promote Using cultures globally in
the midst of postmodern trends, since 2011 the government of
Banyuwangi has created many carnivals and festivals, such as “Banyuwangi Ethno Carnival”, “Banyuwangi Beach Jazz
Festival”, “Parade Gandrung Sewu”, and other various
programs. Economically, the programs are idealized to support
the regional economic growth through tourism activities, both
for domestic and international tourists, by displaying
traditional expressions with new styles and performances.
Politically, the carnivals and festivals can support AAA efforts
to negotiate its political concern in order to produce consensus.
[Artikel ini hendak mengkritisi proses inkorporasi dan
komodifikasi budaya Using yang dijalankan oleh Abdullah
Azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur. Untuk menjawab
permasalahan tersebut, kami menganalisis data primer dari
penelitian lapangan dan data sekunder dari media online yang
terkait usaha AAA untuk menginkorporasi, mengartikulasikan,
dan mengkomodifikasi budaya Using ke dalam bermacam
program karnaval (2011-2017) dengan menerapkan teori
komodifikasi dan hegemoni. Hasil kajian ini menunjukkan
bahwa, digerakkan oleh hasratnya untuk mempromosikan
budaya Using secara global di tengah-tengah trend pascamodern,
sejak 2011 pemerintah Banyuwangi menciptakan
banyak karnaval dan festival, seperti “Banyuwangi Ethno
Carnival”, “Banyuwangi Beach Jazz Festival’, “Parade
Gandrung Sewu”, dan bermacam program lainnya. Secara
ekonomis, program
tersebut diidealiasi mendukung
pertumbuhan ekonomi regional melalui aktivitas pariwisata,
untuk wisatawan domestik dan internasional, dengan
memamerkan ekspresi tradisional dengan gaya dan tampilan
baru. Secara politis, festival dan karnaval tersebut bisa
mendukung usaha AAA untuk menegosiasikan kepentingan
politiknya agar memroduksi konsensus.]
Collections
- LSP-Jurnal Ilmiah Dosen [7301]