Strategi Peningkatan Nilai Tukar Petani Padi Melalui Rancang Bangun Hulu Hilir, Pemodelan dan Kebijakan Pemerintah
Abstract
Pertanian memang menempati posisi khusus, selain untuk memperoleh pendapatan juga peran pentingnya food security yang berarti pula sebagai keamanan negara. Memasuki era global negara-negara miskin menggantungkan kebutuhan makanannya pada negara maju. Saat ini Indonesia menjadi importir neto beras (terbesar dunia), gula (terbesar kedua), jagung, kedelai, daging sapi, jeruk, bawang merah, berada pada posisi importir neto. Sebaliknya negara maju seperti AS telah memasok sekitar 50 persen jagung dan gandum dunia yang didominasi oleh Amerika Serikat, Kanada dan Australia.
Ekonomi Indonesia sebenarnya telah mengalami pertumbuhan pesat sejak PJP I, walaupun beberapa tahun terakhir ini gerak tersebut nampak melambat. Perkembangan ekonomi ini juga disertai dengan perubahan struktur ke arah lebih non agraris. Peranan sektor industri dan jasa meningkat secara cukup berarti, sementara sektor pertanian secara relatif mengalami penurunan kontribusi dalam produk nasional. Pergeseran peranan sektoral ini juga diikuti dengan perubahan kemampuan dalam menyerap tenaga kerja, daya serap sektor pertanian melemah dan posisinya secara bertahap diambil alih sektor non pertanian.
Penelitian ini mempunyai tujuan; (1) mengetahui potensi usahatani padi di Gresik dan kabuapten Jember; (2) mengetahui teknologi budidaya sebagai alternatif upaya peningkatan keuntungan (3) mengetahui nilai tukar petani padi di wilayah sentra kabupaten Jember dan kabupaten Lumajang.
Metode penelitian yang digunakan dalam daerah penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu daerah kabupaten Jember dan kabupaten Lumajang, dengan pertimbangan 2 kabupaten tersebut merupakan salah satu daerah penghasil padi/beras yang potensial di propinsi Jawa Timur. Data yang diperlukan dalam penelitian ini data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara dengan petani responden, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas Pertanian Tanaman Pangan, Kantor Statistik dan Instansi lainnya yang menunjang penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan; (1) nilai R/C rasio petani padi baik sebelum dan sesudah mengikuti program SLPTT di kabupaten Jember sebesar 3,24, dan nilai R/C rasio petani yang mengikuti program SLPHT di kabupaten Lumajang sebesar 2,94 dan petani yang dan petani yang tidak ikut program SLPHT nilai sebesar 2.65. (3) nilai B/C rasio petani yang mengikuti program SLPTT di kabupaten Jember sebesar 5,69. (4) Nilai tukar petani ( NTP) di kabupaten Lumajang sebesar 2,94 dan nilai tukar petani di kabupaten Jember sebesar 2,27.