PEMANFAATAN KITOSAN DALAM PELEPASAN NITROGEN DARI PUPUK TERSEDIA LAMBAT (SLOW RELEASE FERTILIZER)
Abstract
INGKASAN
Pemanfaatan Kitosan dalam Pelepasan Nitrogen dari Pupuk Tersedia Lambat
(Slow Release Fertilizer); Rima Nusba Ayunina, 081810301031; 2013; 51 halaman;
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Controlled Release System (CRS) merupakan suatu teknik untuk mengatur
laju pelepasan suatu senyawa pada suatu bahan aktif yang dikendalikan sesuai dengan
kebutuhan molekul target dengan cara memperpanjang waktu pelepasan. Aplikasi
CRS telah digunakan dalam berbagai bidang baik dalam bidang industri, farmasi
maupun pertanian. Indonesia sebagai negara agraris, budidaya tanaman pertanian di
Indonesia masih menggantungkan sepenuhnya pada pupuk. Namun demikian,
pemakaian pupuk selama ini masih menggunakan pupuk secara konvensional yang
dinilai memiliki beberapa kelemahan yaitu rendahnya efisiensi pemupukan dan
menimbulkan masalah pada lingkungan. Oleh karena itu dibuat pupuk slow release
dengan mencampurkan kitosan dan urea sebagai bahan aktif. Asam oksalat
ditambahkan sebagai crosslinker guna memperbaiki mekanik pupuk SRF. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam oksalat terhadap
sifat fisika dan kimia pupuk SRF.
Data IR menjelaskan bahwa kitosan dengan perlakuan asam oksalat memiliki
karakteristik serapan yang hampir sama dengan puncak-puncak serapan pada kitosan
murni. Namun, ada perubahan puncak serapan pada perlakuan asam oksalat 0,5%;
1,5% dan 2% pada daerah bilangan gelombang sekitar 1575 cm
yang
mengindikasikan terjadi ikat silang antara kitosan dengan asam oksalat, tetapi pada
perlakuan asam oksalat 1% puncak disekitar 1575 cm
vii
-1
muncul seperti pada kitosan
murninya yang mengindikasikan tidak terjadi ikat silang. Namun demikian,
-1
diperlukan data tambahan untuk menjelaskan hasil perubahan kitosan dari perlakuan
asam oksalat yaitu data dari derajat swellingnya.
Wenten (1999) mengatakan Rasio crossinker mempengaruhi karakter
swelling hidrogel, semakin besar rasio crosslinker maka struktur hidrogel akan
semakin rapat sehingga derajat swelling semakin menurun. Namun kenyataannya
hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam oksalat derajat
swelling yang dihasilkan semakin besar, hal ini menandakan bahwa tidak terjadi ikat
silang antara kitosan dengan asam oksalat.
Pelepasan urea pada pupuk SRF dianalisis menggunakan analisis N total
menggunakan metode kjedahl. Urea yang bertindak sebagai bahan aktif akan
terdispersi di dalam matriks kitosan, ketika pupk SRF direndam di dalam air maka
akan terjadi proses difusi molekul air yang akan tertahan di dalam matriks polimer
yang tidak dapat larut. Adanya tekanan osmotik dalam matriks akan mendorong
molekul air dan membawa urea keluar dari matriks kitosan. Kenaikan konsentrasi
asam oksalat mengakibatkan pelepasan Nitrogen dari pupuk SRF semakin besar. Hal
ini mempunyai kecenderungan yang sama dengan pengukuran derajat swellingnya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penambahan asam
oksalat dengan konsentrasi 0,5%; 1%; 1,5% dan 2% dalam kitosan tidak
menghasilkan suatu ikat silang, namun membentuk matriks kitosan dengan sifat fisik
yang berbeda. Terjadi kecenderungan yang bersesuaian antara derajat swelling
dengan kadar pelepasan N total pupuk SRF seiring dengan meningkatnya konsentrasi
asam oksalat.