Show simple item record

dc.contributor.advisorINDRESWARI, Laksmi
dc.contributor.advisorRAHARJO, Angga Mardro
dc.contributor.authorFARHANA, Munaya
dc.date.accessioned2019-10-10T02:04:51Z
dc.date.available2019-10-10T02:04:51Z
dc.date.issued2019-10-10
dc.identifier.nimNIM152010101066
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/93303
dc.description.abstractLow back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan mulai dari daerah tulang rusuk terbawah hingga ke daerah lipatan bokong bawah (gluteal inferior fold) yang bisa disertai penjalaran nyeri ke salah satu tungkai maupun keduanya (Casazza, 2012). LBP merupakan masalah kesehatan yang sangat umum di seluruh dunia dan menjadi penyebab utama kecacatan sehingga dapat memengaruhi kinerja seseorang saat bekerja (Kaplan et al., 2013). Prevalensi di Indonesia diperkirakan 7,6% hingga 37% (Benynda, 2016). Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2013, LBP menjadi peringkat ke-8 dari 10 penyakit terbanyak yang terjadi di Rumah Sakit Pemerintah kelas A dengan jumlah 9.371 kasus (Casazza, 2012). Penggunaan sepatu hak tinggi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya LBP. Berjalan dengan sepatu hak tinggi akan memaksa punggung dan dada terdorong ke depan dan meningkatkan lordosis lumbal sehingga dapat menyebabkan ketegangan otot (Isnain, 2013). Penggunaan sepatu hak tinggi berkaitan erat dengan tuntutan pekerjaan, seperti pada sales promotion girl (SPG). Penggunaan sepatu hak tinggi pada SPG selama bekerja dalam keadaan posisi berdiri menimbulkan faktor sikap kerja statis yang berkepanjangan sehingga dapat menyebabkan LBP (Melizza, 2012). Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SPG di PT. X. Sampel penelitian ini diambil berdasarkan kriteria inklusi dengan cara total sampling dan didapatkan sebanyak 86 responden. Analisis data pada penelitian ini menggunakan program pengolahan statistik Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 16. Uji normalitas data terlebih dahulu dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Selanjutnya dilakukan uji statistik menggunakan uji beda Kruskal-Wallis karena data yang didapatkan tidak terdistribusi normal. Kemudian dilanjutkan dengan uji korelasi Spearman. Pada uji tinggi hak sepatu dengan keluhan LBP didapatkan hasil uji Kruskal-Wallis yang menunjukkan p=0,503 dan pada uji Spearman menunjukkan p=0,395 (p>0,05) dan r=-0,093 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna. Pada uji luas alas sepatu hak tinggi dengan keluhan LBP didapatkan hasi uji Kruskal-Wallis yang menunjukkan p=0,366 dan pada uji Spearman menunjukkan p=0,162 (p>0,05) dan r=-0,152 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna. Hal ini menandakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tinggi dan luas alas sepatu hak tinggi dengan keluhan low back pain pada sales promotion girl. Tidak adanya hubungan yang siginifikan dikarenakan terdapat berbagai faktor penyebab, yaitu usia, masa kerja, maupun faktor lain. Usia responden pada penelitian ini berusia 19-31 tahun yang mana usia ini belum memasuki rata-rata usia puncak terjadinya LBP yaitu usia 35-55 tahun (Basuki, 2009). Masa kerja responden adalah 1,99 tahun dan belum memasuki risiko tinggi terjadinya keluhan LBP yaitu lebih dari 5 tahun (Maulana, 2017). Faktor lain antara lain frekuensi penggunaan sepatu hak tinggi diluar jam kerja dan aktivitas olahraga yang tidak diteliti pada penelitian ini.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries152010101066;
dc.subjectLow back pain (LBP)en_US
dc.subjectSepatu Hak Tinggien_US
dc.titleHubungan Tinggi dan Luas Alas Sepatu Hak Tinggi Dengan Keluhan Low Back Pain Pada Sales Promotion Girlen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record