Pengaruh Konsentrasi Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.) dalam Sabun Padat Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Kualitas Sabun dan Aktivitas Antibakteri Staphylococcus aureus
Abstract
Sabun merupakan sediaan pembersih kulit yang dibuat dari proses
saponifikasi dengan mereaksikan minyak, lemak, wax, rosin atau asam lemak
dengan basa (NaOH atau KOH) tanpa menimbulkan iritasi pada kulit (SNI, 2016).
Syarat mutu sabun padat yang telah beredar di pasaran telah ditetapkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) hanya mencakup sifat kimiawi dari sabun yang meliputi
alkali bebas (dihitung sebagai NaOH) maksimum 0,1%, asam lemak bebas 2,5%,
dan kadar air maksimum 15% (SNI,2016).
Sabun yang memiliki kemampuan membunuh bakteri disebut dengan
sabun antiseptik. Bakteri penyebab infeksi tersering dan umum yaitu
Staphylococcus aureus (Ekawati, 2018). Staphylococcus aureus merupakan suatu
bakteri gram positif yang terdapat pada manusia di daerah mulut, kulit, mukosa
hidung, dan saluran pencernaan (Prescott, 2002). Penggunaan sabun antibakteri
dari bahan sintetik bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi, namun pada
kenyataannya tidak sedikit yang dapat memberikan efek samping seperti iritasi.
Zat antibakteri yang biasa digunakan untuk pembuatan sabun mandi padat yaitu
Triclocarban, namun menurut Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat
penggunaan Triclocarban dalam jangka panjang dapat menyebabkan resistensi
bakteri terhadap antibiotik. Oleh karena itu, untuk menghindari efek samping
yang ditimbulkan oleh Triclocarban, penggunaan bahan antiseptik dari bahan
alam sangat diperlukan (Sukawaty, 2016).
Tanaman yang memiliki potensi sebagai antibakteri diantaranya yaitu
sereh wangi (Cymbopogon nardus L.)danjeruk nipis (Citrus aurantiifolia). Salah
satu senyawa aktif yang terdapat pada sereh wangi adalah sitronelal yang
terkandung dalam minyak atsirinya yang memiliki aktivitas antibakteri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Brugnera dan Piccoli (2011) menunjukkan
bahwa minyak atsiri sereh wangi asal Brazil dapat menghambat aktivitas bakteri
S.aureus dengan KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) 0,781%. Jeruk nipis
(Citrus aurantiifolia) memiliki kandungan asam organik, selain itu air perasan
jeruk nipis juga mengandung saponin dan flavonoid yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri(Adindaputri, 2013).
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni laboratorium.
Bahan yang digunakan adalah sabun padat minyak sereh wangi kombinasi air
perasan jeruk nipis dengan konsentrasi minyak sereh wangi 16% b/b (F1), 20%
b/b (F2), 24% b/b (F3) untuk uji aktivitas antibakteri serta uji sifat fisika kimia
sabun padat, yang meliputi uji organoleptis, pH, kadar air, tinggi busa, dan kadar
alkali bebas. Sedangkan pada uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
digunakan sabun padat dengan konsentrasi minyak sereh wangi yang meliputi 8%
b/b, 12% b/b, 16% b/b, 20% b/b. Kontrol negatif dalam penelitian ini yaitu sabun
padat tanpa minyak sereh wangi namun ada penambahan air perasan jeruk nipis
sebesar 10% dan kontrol positif pada penelitian ini digunakan sabun padat yang
mengandung Triclocarban yang ada di pasaran. Data organoleptis, kadar air, dan
KHM dianalisis secara deskriptif. Data uji pH, tinggi busa, kadar alkali bebas , uji
aktivitas antibakteri dianalisis secara statistik dengan metode Oneway ANOVA.
Hasil pengujian sifak fisika kima sabun menunjukkan bahwa konsentrasi
minyak sereh wangi mempengaruhi warna dan bau sabun padat pada uji
organoleptis. Uji pH, kadar air, tinggi busa dan kadar alkali bebas menunjukkan
bahwa semua formula sesuai dengan rentang SNI. Penambahan konsentrasi
minyak sereh wangi dapat menurunkan pH, tinggi busa dan kadar alkali bebas. Uji
KHM dan aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode sumuran dengan
hasil nilai KHM sabun padat sebesar 1,6% b/b (dalam sediaan sabun padat 16%) .
Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan bahwa semua uji memiliki perbedaan
signifikan dengan data yang normal dan homogen yang ditandai dengan p < 0,05,
serta uji LSD p > 0,05.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]