Analisis Rantai Pasokan Cabai Merah di Kabupaten Banyuwangi
Abstract
Cabai merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki
nilai ekonomi tinggi. Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu sentra wilayah
penghasil cabai merah di Provinsi Jawa Timur. Kebutuhan konsumsi cabai merah
di Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan sejalan dengan pertumbuhan
penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai
merah. Konsumsi cabai merah dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga dalam
keadaan buah segar atau kering, dan dibutuhkan industri untuk menjadi produk
olahan. Produktivitas cabai merah di Kabupaten Banyuwangi mengalami fluktuasi
yang disebabkan oleh pengaruh cuaca. Kondisi tersebut menjadi hambatan dalam
pemenuhan permintaan cabai merah. Terhambatnya pasokan cabai merah untuk
pendistribusian ke pasar maupun ke industri pengolahan disebabkan oleh belum
optimalnya sistem rantai pasokan cabai merah.
Tujuan penelitian ini (1) untuk mengetahui manajemen rantai pasokan
cabai merah di Kabupaten Banyuwangi terkait dengan struktur, mekanisme, dan
pola kelembagaannya; (2) untuk mengetahui efisiensi rantai pasokan cabai merah
di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan nilai margin pemasaran, farmer’s share,
dan efisiensi pemasaran. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive
method) dengan pertimbangan Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah sentra
penghasil cabai merah. Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada Kecamatan
Sempu dengan pertimbangan sebagai sentra wilayah cabai merah di Kabupaten
Banyuwangi. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dan metode
analitik. Sampel dipilih menggunakan purposive sampling dan snowball sampling.
Responden merupakan petani cabai merah yang sedang dalam masa panen ketika
penelitian berlangsung. Snowball sampling dilakukan untuk melakukan penelitian
terhadap lembaga pemasaran cabai merah yang terlibat dalam rantai pasokan cabai merah di Kabupaten Banyuwangi. Data primer diperoleh dari proses
observasi, wawancara dan dokumentasi di lokasi penelitian, sedangkan untuk data
sekunder diperoleh melalui data dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian, dan
Balai Penyuluhan Pertanian. Metode analisis yang digunakan pada permasalahan
manajemen rantai pasokan dengan metode deskriptif, sedangkan untuk menjawab
hipotesis permasalahan kedua dibuktikan dengan menggunakan pendekatan nilai
margin pemasaran, farmer’s share dan efisiensi pemasaran untuk melihat kondisi
rantai pasokan cabai merah di Kabupaten Banyuwangi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Manajemen rantai pasokan cabai
merah di Kabupaten Banyuwangi ini diterapkan dengan membentuk (a) Struktur
rantai pasokan cabai merah di Kabupaten Banyuwangi yang meliputi 10 lembaga
yaitu petani, Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), supplier, pedagang
pengumpul desa, pengirim langsung, pedagang besar luar wilayah Kabupaten
Banyuwangi, industri pengolahan, pedagang pasar, pedagang pengecer, serta
konsumen. Aliran produk berupa buah cabai merah segar mengalir dari petani
menuju kepada konsumen melalui lembaga pemasaran dengan tahapan sortasi dan
packing. Aliran informasi mengalir secara dua arah yang berupa informasi jumlah
pasokan, kualitas cabai merah, jadwal pendistribusian, dan harga. Aliran keuangan
mengalir dari hilir ke hulu dengan mekanisme transaksi pembayaran sistem tunai
dan sistem kredit. (b) Mekanisme rantai bersifat modern dengan adanya kerjasama
antar mata rantai dan pangsa pasar cabai merah hingga ke luar wilayah Kabupaten
Banyuwangi. (c) Pola kelembagaan dalam rantai pasokan cabai merah Kabupaten
Banyuwangi adalah pola perdagangan umum dan kemitraan. 2) Rantai pasokan
cabai merah di Kabupaten Banyuwangi adalah tidak efisien dikarenakan terdapat
saluran distribusi yang tidak memenuhi pendekatan margin pemasaran, farmer’s
share, dan efisiensi pemasaran. Saluran distribusi yang tidak memenuhi ketiga
pendekatan tersebut adalah saluran distribusi IV (petani-pedagang pengumpul
desa-pedagang pasar-pedagang pengecer-konsumen) yang mendapatkan farmer’s
share hanya sebesar 68,33%.