Gambaran Kebutuhan Keluarga Pasien Perawatan Intensif Rsu Dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso
Abstract
Keperawatan kritis sebagai pelayanan keperawatan yang dikhususkan untuk menangani respon manusia dalam mengatasi masalah yang mengancam jiwa dan masalah tersebut dapat berubah secara dinamis yang kemudian mengancam kehidupan baik secara aktual maupun potensial (Nurses, 2014). Dalam perawatan pasien kritis di ruang Intensive Care Unit (ICU) tersebut banyak dampak yang terjadi salah satunya adalah memberikan dampak pada pasien dan keluarga yang merawatnya (Padilla Fortunatti, 2014). Adapun dampak pada keluarga yang merawatnya adalah munculnya gejala depresi, stres, dan penurunan kualitas hidup (Cameron dkk., 2016). Kemunculan dampak tersebut dikarenakan keluarga beranggapan bahwa ICU merupakan tempat menyeramkan karena ketepatan dalam pengambilan keputusan sangat mempengaruhi kondisi orang yang dicintainya. Dampak terhadap keluarga tersebut tak lepas dari peran keluarga sebagai support system utama bagi pasien yang membantu dalam proses pemulihannya. Dalam penelitian lain disebutkan bahwa kehadiran keluarga berfungsi sebagai fasilitator dan sumber informasi mengenai riwayat pasien, sebagai penyemangat, pemberi harapan, serta dapat membantu memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien (McAdam dkk., 2008). Dan pada tahun 1991, Leske melakukan penelitian ulang mengenai kebutuhan keluarga di ruang ICU menggunakan instrument CCFNI (Critical Care Family Needs Inventory) dengan lima dimensi yakni: kenyamanan, kedekatan, informasi, jaminan, dan dukungan (Freitas dkk., 2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa gambaran kebutuhhan keluarga di ruang perawatan intensif RSU Dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso. Penelitian ini menggunakan metode penelitian fenomenologi dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu purposive sampling untuk memilih sampel sesuai dengan kriteria yang diinginkan peneliti. Partisipan dalam penelitian ini adalah keluarga yang sedang menunggu anggota keluarganya yang sakit dan sedang dalam ruang perawatan intensif dengan batas minimal telah menunggu di ruang perawatan intensif 18 jam. Penelitian ini dilakukan di ruang tunggu ICU dan ICCU RSU Dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menemukan bahwa anggota keluarga berusaha untuk mencari informasi mengenai kondisi anggota keluarganya yang sedang sakit dan berada dalam ruang perawatan intensif agar dapat mengetahui secara detail mengenai kondisi dan rencana perawatan dengan cara bertanya kepada dokter dan atau perawat. Beberapa partisipan langsung diberikan informasi mengenai keluarganya oleh petugas kesehatan ketika mereka memasuki ruangan intensif. Informasi yang diterima oleh keluarga merupakan informasi yang efektif dan kurang efektif, menurut anggota keluarga waktu untuk berdiskusi dengan petugas kesehatan kurang sehingga informasi yang mereka terima menjadi kurang efektif. Sehingga keluarga berharap untuk diperlukan waktu untuk berdiskusi dengan perawat. Selama menunggu anggota keluarganya yang sedang sakit keluarga mendapatkan berbagai bentuk dukungan dari keluarga inti, kerabat dekat, dan petugas ruang intensif. Adapun dukungan tersebut ada yang bersifat positif dan negatif yang berasal dari dukungan oleh pihak keluarga. Anggota keluarga merasa bahwa dukungan dari petugas kesehatan terhadap dirinya merupakan hal yang penting karena petugas lebih mengetahui kondisi orang yang dicintainya serta merasa dukungan kepadanya merupakan dukungan juga untuk kesembuhan orang yang dikasihinya. Ketika menunggu anggota keluarganya yang sakit keluarga berada di ruang tunggu perawatan intensif dan menggunakan segala fasilitas yang telah disedikan oleh rumah sakit, keluarga merasakan jenuh selama menunggu orang terkasihnya apabila tidak ada sesorang yang menemaninya disana, juga keluarga mengatakan bahwa ruang tunggu tersebut terlalu sempit sehingga udara didalam terasa pengap karena kurangnya sirkulasi udara dan tidak tersedianya toilet di dekat ruang tunggu tersebut. Sehingga keluarga berharap agar tersedianya toilet di dekat ruang tunggu, kipas angin agar udara dapat bergantiann keluar masuk, serta tambahan ruangan untuk ruang tunggu. Namun, keluarga masih dapat merasakan kenyamanan dengan keramahan petugas intensif walaupun untuk menjenguk masuk masih terbatas oleh waktu. Peraturan di ruang perawatan intensif menetapkan bahwa keluarga tidak boleh masuk dan atau menemai anggota keluarganya didalam sehingga keluarga merasa terhambat untuk berada didekat orang yang dikasihinya. Sehingga muncullah berbagai respon dari keluarga dalam menghadapi peraturan tersebut. Dengan adanya peraturan tersebut keluarga berharap dapat mengunjungi anggotanya secara fleksibel, dan dapat mendampingi didalam agar dapat mengawasi kondisi orang yang dicintainya secara langsung. Sehinga anggota keluarga merasa perlu diyakinkan terhadap perawatan yang diterima oleh keluarganya setidaknya walaupun tidak diperbolehkan masuk mereka merasa bahwa orang terkasihnya mendapatkan pelayanan serta perawatan yang aman diluar dari metode pembayaran yang mereka lakukan. Keluarga juga berharap dapat terlibat merawat anggotanya yang sedang sakit karena mereka adalah orang terdekatnya sehingga mereka lebih mengetahui yang diinginkan anggota keluarganya sehingga mereka akan merasa dihargai budayanya oleh petugas kesehatan. Disamping itu keluarga memiliki kepercayaan bahwa penyakit yang ada pada anggota keluarganya merupakan ujian dari Tuhan beserta kesembuhan, sehingga adanya perawatan dokter dan perawat merupakan perantara dari Tuhan untuk kesembuhan.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]