TANDA-TANDA BUDAYA USING DALAM PROSA LIRIK NAWI BKL INAH: LOKALITAS DAN UNIVERSALITAS
Abstract
Nawi BKL Inah merupakan prosa lirik karya Antariksawan Jusuf dan Hani Z. Noor, dua pengarang Using Banyuwangi yang ingin menunjukkan lokalitas dalam keuniversalitas budaya. Prosa lirik ini diterbitkan tahun 2013 setelah melewati proses yang panjang. Dalam pengantarnya Antariksawan ingin memenuhi janjinya pada Alm. Hasan Ali yang pernah mengatakan bahwa bahasa Using dapat diakui menjadi satu bahasa dengan satu syarat: bahasa ini menjadi media bagi bermacam-macam ekspresi. Selain sebagai bahasa sehari-hari, bisa juga digunakan sebagai bahasa pengantar sekolah, bahasa sastra (harus ada hasil karya berupa cerpen, novel, pantun, terjemahan bahasa asing dan sebagainya), sampai ke bahasa ilmiah. Atas janji itu Antariksawan menerbitkan prosa lirik Nawi BKL Inah dalam bahasa Using. Persoalan mulai muncul ketika prosa lirik yang sarat dengan peristiwa budaya lokal itu ingin dipahamkan secara universal, berharap etnis lain juga dapat memahaminya. Maka, muncullah Nawi BKL Inah dalam versi bahasa Indonesia. Terjemahan itu membawa masalah tersendiri karena seringkali terjemahannya tidak bisa sama persis dengan aslinya, terutama dalam hubungannya dengan persajakan prosa lirik. Usaha memahamkan itu juga dibantu dengan ilustrasi, yang membuat beberapa macam permainan anak-anak, dan benda-benda budaya menjadi tergambar jelas. Universalitas juga terlihat pada tokoh utama yang kuliah di Belanda. Lokalitas dan universalitas dibagun dalam diri Nawi. Dalam lingkungan yang modern (Belanda) Nawi tetap berpikir lokal (Using Banyuwangi). Kacamata Using Banyuwangi selalu dipakai untuk melihat semua peristiwa.
Collections
- Fakultas Sastra [95]