Preparasi dan Karakterisasi Nanoselulosa dari Tongkol Jagung Secara Hidrolisis Asam
Abstract
Jagung merupakan salah satu bahan makanan pokok dengan hasil produksi
yang tinggi dan paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat
pada umumnya hanya mengkonsumsi bagian daging jagung sedangkan bagian
lainnya kurang dimanfaatkan secara optimal, contohnya tongkol jagung. Tongkol
jagung memiliki kandungan selulosa sebesar 31% sehingga dapat dimanfaatkan
agar memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Selulosa juga dapat diubah dalam
ukuran nanoselulosa untuk memperoleh sifat yang lebih unggul. Nanoselulosa
memiliki ukuran kurang dari 1000 nm, Keunggulan nanoselulosa yaitu memiliki
kemampuan dispersi serta biodegradasi dan peningkatan kristanilitas, aspek rasio
dan luas permukaannya. Pembuatan nanoselulosa dapat dilakukan dengan
beberapa metode yaitu secara mekanik, enzimatik dan kimiawi. Dalam penelitian
ini digunakan metode kimiawi secara hidrolisis asam. Penelitian ini bertujuan
untuk membuat nanoselulosa dari tongkol jagung dengan metode hidrolisis asam.
Dalam penelitian ini dikaji pengaruh konsentrasi asam sulfat terhadap sifat-sifat
nanoselulosa yang diperoleh yaitu struktur, ukuran dan jumlah gugus muatan pada
nanoselulosa.
Penelitian ini meliputi tiga tahapan yaitu: (1) isolasi selulosa dari tongkol
jagung (2) hidrolisis selulosa menggunakan asam sulfat dan (3) karakterisasi
nanoselulosa. Tahapan pertama dalam penelitian ini yaitu penghalusan sampel
tongkol jagung menggunakan grinder sehingga didapat serbuk berukuran 60 mesh.
Serbuk kemudian diproses delignifikasi menggunakan NaOH 3% dilanjutkan
bleaching menggunakan NaOCl
1,4%. Tahapan kedua dilakukan dengan
memvariasi konsentrasi asam sulfat 8,4 M; 9,4 M; 10,3 M dan 11,3 M dilanjut
dengan tahapan sonikasi dan menghasilkan suspensi nanoselulosa (selanjutnya
disebut NCC 8,4; NCC 9,4; NCC 10,3 dan NCC 11,3). Tahapan ketiga dilakukan
dengan beberapa analisis antara lain yaitu analisis gugus fungsi dengan Fourier
Transmission Infra Red (FTIR), analisis diameter partikel menggunakan Particle
Size Analyzer (PSA) dan penentuan jumlah gugus muatan pada permukaannanoselulosa dilakukan dengan titrasi konduktometri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses isolasi menghasilkan selulosa
berwarna putih dan hasil FTIR menunjukkan bahwa lignin dan hemiselulosa
sudah dihilangkan. Proses hidrolisis menyebabkan warna padatan nanoselulosa
hasil pengeringan dengan metode penentuan %padatan tersuspensi semakin gelapseiring dengan bertambahnya konsentrasi asam sulfat yang digunakan. Hasil FTIRnanoselulosa menunjukkan adanya perbedaan struktur pada selulosa setelah
hidrolisis dengan masuknya gugus sulfat. Peningkatan konsentrasi asam sulfat
membuat proses pemecahan daerah amorf selulosa semakin banyak sehinggamenghasilkan rata-rata diameter partikel yang semakin kecil. Rata-rata diameterpartikel diamati pada dua rentang diameter, yaitu 1-100 nm dan 1-10.000 nm.Data kedua rentang tersebut menunjukkan adanya peningkatan rata-rata diameterpartikel pada NCC 11,3. Hal tersebut dikarenakan proses hidrolisis dengankonsentrasi H
2
SO
11,3 M menyebabkan selulosa mengalami dehidrasi yangdisertai dengan degradasi polimer. Proses degradasi terjadi karena selulosamengalami oksidasi membentuk zat lain sehingga mempengaruhi hasilpengukuran diameter partikelnya. Jumlah gugus sulfat pada NCC 8,4; NCC 9,4;NCC 10,3 dan NCC 11,3 secara berurutan adalah 678 mmol/Kg, 740 mmol/Kg,
1313 mmol/Kg dan 1322 mmol/Kg. Berdasarkan hasil ini menunjukkan bahwasemakin meningkatnya konsentrasi asam sulfat membuat jumlah gugus sulfatsemakin besar pula.