Analisis Hubungan Antara Faktor-Faktor Sosiodemografi Dan Pilihan Pengobatan Keluhan Demam Masyarakat Suku Tengger Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan
Abstract
Suku Tengger merupakan salah satu suku yang masih menjaga budaya
dan tradisinya. Suku Tengger terbagi salah satunya di Kecamatan Tosari
Kabupaten Pasuruan. Dalam menangani gejala demam yang umum terjadi,
masyarakat Suku Tengger memiliki ramuan sendiri. Belum ada penelitian tentang
pemilihan obat dan pengobatan yang dipilih masyarakat Suku Tengger untuk
mengobati gejala demam, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
ini dengan tujuan untuk mengetahui prevalensi pemilihan pengobatan yang
banyak digunakan untuk gejala demam di masyarakat Suku Tengger dan untuk
mengetahui faktor-faktor sosiodemografi yang mempengaruhi pemilihan
pengobatan untuk gejala demam di masyarakat Suku Tengger.
Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian non eksperimental
dengan rancangan deskriptif dan cross-sectional. Pengambilan data dilakukan di
kawasan Suku Tengger di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
yang terdiri dari 8 desa (Kandangan, Mororejo, Ngadiwono, Podokoyo,
Wonokitri, Tosari, Baledono, dan Sedaeng) pada bulan Juni – Agustus 2018.
Sampel pada penelitian ini sebanyak 377 responden. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling yaitu
menggunakan convenience sampling. Uji validitas pada penelitian ini yaitu
content validity dan face validity. Analisis deskriptif akan dilakukan untuk semua
variabel pada penelitian ini yang meliputi usia, agama, jenis kelamin, jarak yang
harus ditempuh dari rumah responden ke puskesmas, pendidikan dan pekerjaan
yang dihubungkan dengan pemilihan pengobatan. Kemudian diuji secara statistik
dengan menggunakan uji Chi Square dan Fisher exact’s dengan taraf kepercayaan
95%.
Berdasarkan penelitian, mayoritas responden memilih pengobatan modern
(n=286; 75,9%) dengan mayoritas responden berusia 20-44 tahun (n=260; 68,9%)
dan beragama Hindu (n=225; 59,7%). Responden terbanyak adalah reponden
perempuan (n=194; 51,5%) dengan jarak antara rumah ke Puskesmas terbanyak
yaitu 6-8 km (n=183; 48,5%) responden. Hasil penelitian ini juga menyatakan
bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak yaitu tamat SMA (n=194; 51,5%)
dan pekerjaan responden terbanyak yaitu sebagai petani (n=205; 54,4%).
Berdasarkan analisis pengaruh faktor-faktor sosiodemografi terhadap pemilihan
pengobatan, didapatkan hasil nilai masing-masing untuk variabel usia, pendidikan
dan pekerjaan p<0,05 yaitu <0,001. Sedangkan untuk variabel jarak (p=0,095),
agama (p=0,964), dan jenis kelamin (p=0,390) diperoleh nilai p>0,05 yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan dengan pemilihan pengobatan.
Penelitian yang telah dilakukan juga menunjukkan responden dibagi menjadi dua yaitu yang memilih satu sarana (n=278, 73,8%) dan dua sarana (n=99; 26,2%).
Dalam memutuskan untuk mulai melakukan pengobatan, responden paling
banyak melakukan pengobatan di hari kesatu atau hari kedua setelah merasa
timbul gejala demam (n=246; 65,3%). Obat yang digunakan masyarakat Suku
Tengger untuk demam misalnya obat analgesik/antipiretik (n=301; 57,9%) yang
terdiri dari beberapa obat umum seperti Paracetamol (n=151; 29,0%). Obat
tradisional yang paling banyak digunakan responden adalah pengobatan
tradisional kerik (n=45; 27,8%) dan ada juga responden yang memilih jamu cair
kemasan (n=34; 28,6%)
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prevalensi
penggunaan pengobatan pada penyakit demam di masyarakat Suku Tengger
adalah pengobatan modern (n=286; 75,9%), pengobatan tradisional (n=43; 11,4%)
dan pengobatan kombinasi (n=48; 12,7%). Faktor-faktor sosiodemografi usia
(p<0,001), pendidikan (p<0,001) dan pekerjaan (p<0,001) responden berpengaruh
terhadap pemilihan pengobatan gejala demam di masyarakat Suku Tengger
Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]