Pengaruh China Terhadap Kamboja Dalam Konflik Laut China Selatan
Abstract
Konflik yang terjadi di Laut China Selatan telah terjadi sejak berabadabad, namun ketegangannya memuncak pada tahun 2012. Ketegangan konflik tersebut memicu kekhawatiran menjadi kawasan sengketa yang berdampak global. Sengketa ini terkait kedaulatan atas wilayah pulau Paracel dan Spratly. Negara - negara yang terlibat dalam sengketa ini antara lain : China, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei. Sebagai Negara anggota ASEAN, Kamboja tidak sepakat dan menolak untuk bersikap terkait aksi China di Laut China Selatan, dan berpendapat bahwa masalah wilayah itu selayaknya ditangani diantara pihak bersengketa dan tidak melibatkan kelompok kawasan ASEAN, kebuntuan politik pun terjadi. Persatuan ASEAN menjadi rusak akibat Kamboja yang menjadi tuan ketua dalam pertemuan. Hal itu membuat KTT ASEAN di Kamboja yang telah diselenggarakan pada tahun 2012 belum menghasilkan solusi apapun terkait sengketa Laut China Selatan. Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian studi literatur dengan mencari data-data sekunder yang sesuai untuk menjelaskan permasalahan. Pengumpulan data yang digunakan lebih difokuskan pada informasi yang berasal dari buku, jurnal, surat kabar cetak maupun elektronik, dan data berupa artikel yang bersumber dari internet yang terkait dengan topik permasalahan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Konsep yang digunakan dalam menganalisis permasalahan ini adalah konsep kepentingan nasional dan konsep regional power strategy yang dianggap sesuai dan relevan untuk menjelaskan bagaimana China dapat mempengaruhi Kamboja di dalam ASEAN untuk mendapatkan kepentingan nasionalnya di Laut China Selatan. China mempengaruhi Kamboja dalam konflik Laut China Selatan dengan menawarkan beberapa keuntungan kepada pemerintahan Kamboja seperti memberikan manfaat ekonomi dan militer yang luas tanpa menuntut bentuk - bentuk imbalan politik yang mahal sebagai gantinya, dengan demikian Kamboja terikat pada kebijakan China. Strategi itu dilakukan China untuk mewujudkan kepentingan ekonomi dalam mendapatkan potensi yang ada di kawsan Laut China Selatan untuk peningkatan ekonomi China dan kepentingan pertahanan dalam mendominasi kekuatannya di wilayah Sengketa Laut China Selatan sebagai kekuatan maritim. Karena keterbatasan yang dimiliki Kamboja membuat China akan lebih mudah dalam mempengaruhi kebijakan Kamboja diantara negaranegara anggota ASEAN yang lain.