Etnografi Seni Tradisi dan Ritual Banyuwangi
Date
2019-04-08Author
Anoegrajekti, Novi
Macaryus, Sudartomo
Sariono, Agus
Metadata
Show full item recordAbstract
Seni tradisi dan ritual merupakan bagian dari kebudayaan yang dihidupi
oleh masyarakat pendukungnya. Masing-masing memiliki latar belakang dan
fungsi yang khas, akan tetapi keduanya juga mampu berkolaborasi. Masingmasing
memiliki otonomi dan ruang
inovasi,
keduanya juga berpotensi untuk
bersinergi.
Di
Banyuwangi,
seni
tradisi
sebagian
mengalami
metamorfosis
dan
beradaptasi dengan dinamika masyarakat pendukungnya, seperti
gandrung,
kuntulan, mocoan, dan barong.
Pelaku
seni tradisi memiliki
keterbukaan
dan daya adaptasi terhadap tuntutan pasar,
agama, dan negara.
Masyarakat
pendukung ritual juga memiliki keterbukaan terhadap inovasi,
akan
tetapi dengan tetap mempertahankan
ketentuan-ketentuan baku.
Gandrung mengalami metamorfosis dari seni perjuangan menjadi
seni pergaulan, dan akhirnya menjadi seni hiburan. Kuntulan mengalami
metamorfosis dari tuntunan agama dan media dakwah menjadi tontonan
dan hiburan. Hal senada terjadi pada seni mocoan yang mengalami
metamorfosis dari seni tuntunan yang berlangsung pada ruang tertutup
menjadi hiburan panggung. Sedangkan seni tradisi barong pada mulanya
sebagai ritual dan bermetamorfosis menjadi hiburan. Meskipun demikian,
akar tradisi juga masih tampak pada jejak-jejak yang menjadi bagian dari
masing-masing seni tradisi yang tetap dipertahankan. Dinamika seni tradisi
tersebut terjadi dengan berbagai macam dasar dan alasan, seperti tuntutan
pasar, agama, dan negara. Sementara itu, damarwulan memang sejak awal
berdirinya dirancang untuk seni hiburan. Sebagai teater tradisional pada mulanya damarwulan membawakan lakon cerita dengan latar belakang
sejarah kerajaan Majapahit. Dalam perkembangan selanjutnya, lakon yang
dibawakan berkembang pada cerita rakyat, sejarah Demak dan Mataram,
serta sejarah nasional.
8
1
Tuntutan pasar tampak pada gandrung yang sebagian meninggalkan
adegan baku seperti jejer dan seblang-seblang. Gejala lainnya tampak pada
tanggapan dengan durasi pendek sekitar 2 (dua) jam yang digelar di hotel,
rumah makan, korporasi, dan paket wisata budaya. Adaptasi kuntulan
terhadap pasar menampilkan lagu-lagu baru yang sedang populer di
masyarakat, mocoan yang lebih mengutamakan adegan lawak dan tembang,
serta barong yang menyajikan cerita-cerita baru seperti pada damarwulan.
Tuntutan agama tampak pada kecenderungan munculnya gandrung kebaya,
meninggalkan minuman beralkohol, dan pentas diakhiri menjelang subuh.
Sedangkan tuntutan negara tampak pada pengembangan seni tradisi dan
ritual dalam format fesyen besar
yang dirancang secara modern untuk sajian
masyarakat internasional dan penyatuan berbagai peristiwa budaya dalam
kalender Banyuwangi Indonesia Festival 2018 yang sebelumnya bertajuk
Calender Banyuwangi Festival (BEC) yang dipublikasi sejak tahun 2012.
Akar budaya tersebut dipertahankan untuk memperkenalkan kekayaan
budaya masyarakat Banyuwangi kepada masyarakat dunia.
Collections
- LSP-Books [895]