Implementasi Strategi Komunikasi Merek Pariwisata “Lovely Destination” (Studi Pada Dinas Pariwisata Kabupaten Jember)
Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi fenomena kontribusi sektor pariwisata bagi
perekonomian Jember yang terus meningkat. Salah satu kontributor pariwisata
Jember adalah JFC. JFC mampu merepresentasikan kota Jember dan menjadi
sebuah merek karena memberikan added value kepada kabupaten Jember berupa
kota fashion karnaval. Namun, sederet prestasi yang ditorehkan oleh JFC
menghadapi kompleksitas dan kontradiksi. Dukungan dari masyarakat hanya
sebatas di tataran teknis saat penyelenggaraan JFC, bukan dalam bentuk
representasi nilai. JFC cenderung menjadi country branding, sebab lebih
mengangkat nilai-nilai lokal Indonesia, bukan nilai kelokalan Jember. Pemerintah
Kabupaten kemudian membentuk merek pariwisatanya sendiri dengan nama
Naturally Jember, Lovely Destination yang muncul pada Juni 2011. Pemosisian
citra pariwisata ini tak lepas dari karakter geografis, nilai-nilai spiritual, dan
budaya serta kearifan lokal masyarakat Jember. Saat ini, merek ini berganti nama
menjadi Lovely Destination. Merek Lovely Destination membutuhkan strategi
komunikasi pemasaran merek agar calon konsumen mendapatkan persepsi yang
tepat. Strategi komunikasi harus menunjukan bagaimana operasionalnya secara
praktis dan sisi kreatif, variatif serta komunikatif yang dikemas melalu strategi
komunikasi pemasaran terpadu dalam implementasinya.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memahami dan mendeskripsikan
implementasi dari strategi komunikasi pemasaran merek pariwisata Lovely
Destination milik Dinas Pariwisata Kabupaten Jember. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan
wawancara in-depth interview. Informan ditentukan melalui teknik Purposeful
Sampling. Analisis deskriptif digunakan yang mana bertujuan untuk membuat
deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat
populasi atau objek tertentu.
Hasil dari penelitian ini adalah belum adanya merek pariwisata secara
resmi yang dikeluarkan oleh Kabupaten Jember. Ketidakpastian merek
menyebabkan kesimpangsiuran arah promosi pariwisata dan kurang menancapnya
ciri khas Jember. Kemudian Strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan
sifatnya masih mengikuti even yang diadakan oleh kementerian pariwisata dan
pemerintah provinsi. Dampaknya, kegiatan promosi pariwisata yang bersifat self
promotion ada tetapi jarang dilakukan. Jember kekurangan even pariwisata setelah
Bulan Berkunjung ke Jember (BBJ) tiada. Praktis hanya JFC yang mampu
menarik banyak wisatawan sementara bulan-bulan lainnya nyaris tidak ada even.