Pengaruh Pemberian Mpasi Dini dan Stimulasi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar pada Bayi Usia 0-6 Bulan (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Gladakpakem dan Puskesmas Panti Jember)
Abstract
Makanan pendamping air susu ibu (MPASI) merupakan makanan dan
minuman yang mengandung gizi yang diberikan pada bayi usia 6 bulan sampai
24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizinya selain dari ASI (Usmiati, 2015).
Pemberian MPASI dini dapat mengakibatkan keterlambatan gerak motorik kasar
bayi. Riskesdas (2013) mengemukakan jenis MPASI dini yang banyak diberikan
adalah susu formula, madu, kelapa muda, pisang, teh maniss, kopi, air putih, air
gula, bubur, nasi, dan air tajin. Faktor yang mempengaruh pemberian MPASI dini
antara lain adalah pekerjaan, tingkat pengetahuan, tradisi, tingkat pendidikan, dan
pendapatan. Selain pemberian MPASI dini, stimulasi yang diberikan oleh orang
tua juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan gerak motorik kasar bayi.
Stimulasi yang kurang dapat menjadi salah satu faktor keterlambatan
perkembangan motorik bayi (Lisbeth et al., 2015). Penelitian yang dilakukan
WHO (2006) di enam negara yaitu Brazil, India, Gana, Norwegia, AS, Oman 49,
3 % telah memberikan MPASI dini ( Ahmad, 2008). Hasil Riskesdas 2010 bayi
yang mendapatkan ASI dan makanan cair (predominan) sebesar 4,5%, ASI dan
MPASI dini (parsial) sebesar 81,54% dan di Jawa Timur (2014) 46% telah
mendapatkan MPASI dini. Hasil wawancara dengan staf Dinkes Kabupaten
Jember (2017) wilayah Puskesmas Gladakpakem 51% telah memberikan MPASI
dini. Peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian
MPASI dini dan stimulasi terhadap perkembangan gerak motorik kasar pada bayi
usia 0-6 bulan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
observasional analitik, teknik pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuisioner, desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di
wilayah Puskesmas Gladakpakem dan Puskesmas Panti bulan Maret 2017 selesai
dengan selesai. Responden penelitian 384 bayi usia 0-6 bulan, 204 responden
telah mendapatkan MPASI dini dan kurang mendapatkan stimulasi. Metode
sampling dengan purposive sampling. Analisis data diolah menggunakan uji
statistik regresi logistik dengan tingkat signifikansi < 0,05.
Hasil analisis penelitian menunjukkan faktor – faktor yang berpengaruh
terhadap pemberian MPASI dini adalah tingkat pengetahuan (p value 0,000, PR
5,411), pendapatan (p value 0,001 PR 1,626) pekerjaan ibu (p value 0,029 PR
0,820) terhadap pemberian MPASI dini pada bayi usia 0-6 bulan. Faktor yang
tidak berpengaruh adalah tradisi (p value 0,993 PR 1,0 x 10
), pendidikan ibu
(0,060 PR 1,325. Terdapat pengaruh antara pemberian MPASI dini dan gerak
motorik kasar bayi (p value 0,000 PR 1,8). Terdapat pengaruh antara stimulasi
terhadap gerak motorik kasar bayi dengan nilai (p value 0,000 PR 2,7) Terdapat
pengaruh stimulasi terhadap gerak motorik kasar pada bayi ASI eksklusif dengan
nilai (p value 0,000 PR 4,3).
Tingkat pengetahuan mempengaruhi orang tua untuk memberikan MPASI
dini. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahua ibu cukup di
karenakan peran bidan dan kader yang selalu rutin melakukan kunjungan dan
memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif. Pengetahuan tidak hanya
diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi juga bisa diperoleh melalui
pendidikan nonformal, seperti pengalaman pribadi, media, lingkungan dan
penyuluhan kesehatan (Kusmiyati, 2014). Pendapatan orang tua dalam penelitian
ini di bawah UMK yang melakukan praktek pemberian MPASI dini. Ibu
memberikan MPASI dini berupa susu formula, pisang, pisang dan nasi dengan
cara bercocok tanam di lahan sendiri, sehingga meskipun berpenghasilan rendah
orang tua masih bisa memberikan makanan yang di peroleh dan di olah sendiri
tanpa harus membeli. Pekerjaan ibu dalam penelitian ini sebagian besar bekerja
sebagai ibu rumah tangga, penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah
karena mereka masih tinggal dengan orang tua atau mertua, jadi ibu tidak dapat
mengambil keputusan karena takut menyinggung perasaan dan di anggap
11 melawan nasihat orang tua atau mertua, yang di sebabkan oleh tingkat
pengetahuan orang tua atau mertua masih kurang.
Tradisi dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap pemberian
MPASI dini, karena orang tua sudah meninggalkan tradisi karena sering
memperoleh penyuluhan dari petugas kesehatan dan para kader. Dengan adanya
penyuluhan yang sering dilakukan akan meningkatkan tingkat pengetahuan orang
tua dan secara perlahan mulai meninggalkan tradisi pemberian MPASI dini.
Pendidikan orang tua tidak berpengaruh dalam pemberian MPASI dini karena
apapun tingkat pendidikannya asalkan memiliki pengetahuan yang cukup, tidak
akan memberikan MPASI dini. Pemberian stimulasi sangat berpengaruh terhadap
perkembangan gerak motorik kasar bayi. Bayi yang memperoleh MPASI dini dan
kurangnya stimulasi mempunyai resiko lebih besar mengalami keterlambatan
gerak motorik kasar.
Saran yang dapat diberikan kepada Institusi kesehatan adalah perlu
sosialisasi tentang pemberian MPASI dini dan stimulasi terhadap gerak motorik
kasar pada bayi untuk meningkatkan tingkat pengetahuan orang tua melalui
posyandu, sosialisasi di area pondok pesantren, karang taruna dan sosialisasi
menggunakan pamflet yang di sebarkan kepada ibu – ibu dengan bantuan kader.
Saran untuk orang tua memahami kebutuhan anak untk merangsang gerak motorik
kasar, informasi ini dapat diperoleh dari posyandu media elektronik dan media
sosial.
Collections
- MT-Sciences of Health [112]