Pembentukan Pemerintahan Baru Jerman
Abstract
Pada bulan September 2017, Jerman melaksanakan pemilihan umum
untuk memilih anggota Bundestag. Berdasarkan hasil perolehan pemilihan umum
tersebut fraksi Union (gabungan Partai CDU dan Partai CSU) memenangkan
pemilihan umum dengan perolehan 246 kursi. Sedangkan urutan kedua di
menangkan oleh Partai SPD yang berhasil memperoleh 153 kursi. Kemudian
Partai AfD yang berhasil memasuki parlemen untuk pertama kalinya
mendapatkan 94 kursi. Posisi keempat disusul dengan jumlah kursi Partai FDP
sebanyak 80 kursi, 69 kursi untuk Partai Die Linke, dan 67 jumlah kursi bagi
Partai Hijau. Dengan demikian, total jumlah kursi dalam Bundestag pada
pemilihan umum 2017 sebesar 709 kursi. Kemenangan Partai CDU akhirnya
membuat Angela Merkel kembali menempati jabatan Kanselir di Jerman.
Berdasarkan perolehan jumlah kursi yang diraih oleh fraksi Union, jumlah
tersebut masih belum mencapai setengah kursi mayoritas dalam Bundestag.
Kondisi itu membuat Partai CDU harus membentuk koalisi dengan partai politik
lain. Namun menariknya, ajakan koalisi Partai CDU sebagai partai yang
memenangkan pemilihan umum mengalami hambatan. Sejumlah partai politik
yang berhasil masuk Bundestag pada pemilihan umum tahun 2017 tidak
menunjukkan keinginan mereka untuk bergabung. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui proses dalam membentuk pemerintahan baru Jerman.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian literature research, dimana
untuk pengumpulan data menggunakan data sekunder yang berasal dari media
cetak, situs internet atau website resmi, buku cetak maupun elektronik (e-book).
Analisis data dilakukan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Data-data
tersebut dianalisis, kemudian di deskripsikan atau diinterpretasikan untuk
memperoleh gambaran secara utuh terkait permasalahan yang diteliti.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hambatan Partai CDU dalam
membentuk pemerintahan baru Jerman dipengaruhi oleh perdebatan kebijakan
antar partai. Dalam penelitian ini penulis memetakan tujuh alternatif koalisi
sebagai langkah Partai CDU dalam mencari partner koalisi. Antara lain, fraksi
Union-AFD-Die Linke, Union-Partai Hijau-AFD, Union-FDP-AFD, Union-FDPDie Linke, Union-Partai Hijau-Die Linke, Union-SPD (Koalisi Besar), dan UnionFDP-Partai Hijau (Koalisi Jamaika). Kesulitan Partai CDU terletak pada Partai
AfD dan Partai Die Linke. Partai CDU merupakan partai politik berhaluan
demokrasi liberal atau partai tengah-kanan di Jerman. partai ini cenderung
mengakui adanya hak-hak individu, kebebasan dalam beragama, dan solidaritas
yang tinggi. Sedangkan Partai AfD adalah partai sayap kanan yang cenderung
radikal. Partai ini mendukung gerakan anti-Islam dan anti-pengungsi di Jerman.
Kemudian bila dibandingkan dengan ideologi Partai Die Linke, partai ini
menganut ideologi sosialis, cenderung anti pada kapitalisme dan anti privatisasi.
Ideologi ini berbeda dengan Partai CDU yang lebih liberal. Kemudian hambatan
karena faktor kebijakan, kesulitan Partai CDU terletak pada Partai SPD dan Partai
FDP. Pasca pemilihan umum 2017, Partai SPD memilih menjadi partai oposisi
dan tidak ingin membangun koalisi dengan Partai CDU. Selain itu muncul
ketidaksepakatan terkait masalah kebijakan ketenagakerjaan dan jaminan
kesehatan. Sedangkan Partai FDP tidak ingin membangun koalisi dengan CDU
karena tidak memiliki kesamaan visi misi dalam rencana kebijakan energi di
Jerman.
Munculnya hambatan ini membuat Presiden Jerman akhirnya membantu
dalam upaya membangun koalisi dengan Partai SPD. Upaya ini membuat
negosiasi mencapai kata sepakat. Beberapa kesepakatan koalisi ini karena adanya
alokasi jabatan menteri yang diberikan pada Partai SPD. Seperti, menteri luar
negeri, menteri ketenagakerjaan, dan menteri keuangan yang seharusnya dipegang
oleh partai pemenang pemilihan umum. Kesepakatan lain, yaitu adanya
pembatasan pengungsi dan peningkatan lapangan kerja. Berdasarkan hasil koalisi
tersebut, Partai CDU dan Angela Merkel cenderung terlihat sedikit mengabaikan
tujuan partainya demi mewujudkan koalisi dengan Partai SPD.