Analisis Determinan Fertilitas Di Kecamatan Soko Kabupaten Tuban
Abstract
Pada dasarnya, pertumbuhan penduduk tergantung pada 3 (tiga) faktor
utama, yaitu Fertilitas (kelahiran), Mortalitas (kematian) dan migrasi. Kelahiran
akan mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk sehingga memiliki pengaruh
positif terhadap angka pertumbuhan penduduk, sedangkan kematian memiliki sifat
mengurangi jumlah penduduk dan migrasi dapat menambah maupun mengurangi
jumlah penduduk pada suatu wilayah. Di Indonesia sendiri, kebijakan yang
dilakukan untuk menurunkan jumlah penduduk ditekankan pada aspek fertilitas
yakni melalui program KB. Selain penggalakan program KB, upaya yang
ditempuh pemerintah adalah menetapkan usia minimal pernikahan bagi
masyarakat yakni antara 21 hingga 25 tahun. Seiring dengan berlakunya otonomi
daerah, program tersebut juga telah ditetapkan di Kecamatan Soko Kabupaten
Tuban yang terbukti dengan meningkatnya jumlah akseptor KB setiap tahunnya,
perbaikan dari segi kualitas pendidikan dan penetapan usia minimal perkawinan
pertama, namun fertilitas penduduk di Kecamatan Soko Kabupaten Tuban setiap
tahun masih cukup tinggi dan selalu lebih besar daripada jumlah mortalitas. Teori
yang berkembang menunjukkan bahwa wanita dengan tingkat pendidikan lebih
tinggi punya pengetahuan yang lebih luas tentang alat-alat kontrasepsi dan
penggunaannya daripada wanita yang tidak atau kurang berpendidikan serta
diharapkan menerima pemikiran tentang keluarga kecil melalui program KB.
Peningkatan penggunaan alat kontrasepsi melalui pengetahuan dan pendidikan
yang demikian akan mengurangi fertilitas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, lama penggunaan alat
kontrasepsi dan usia perkawinan pertama terhadap fertilitas di Kecamatan Soko
Kabupaten Tuban dengan menggunakan menggunakan alat Analisis Regresi Linear Berganda. Data yang digunakan adalah data primer yang bersumber dari
metode kuesioner kepada 100 responden PUS di Kecamatan Soko Kabupaten
Tuban sedangkan data sekunder diperoleh dengan menyalin data dari instansiinstansi
terkait.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara bersama-sama (uji F)
variabel pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, lama penggunaan alat
kontrasepsi dan usia perkawinan pertama berpengaruh signifikan terhadap
fertilitas di Kecamatan Soko Kabupaten Tuban dengan nilai probabilitas F-hitung
sebesar 0.000000 < α= 5%. Sedangkan pada uji t menunjukkan bahwa variabel
pendapatan keluarga memiliki probabilitas t-hitung 0.0000 < tingkat signifikan α=
5%, yang artinya variabel pendapatan keluarga mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap fertilitas, variabel tingkat pendidikan probabilitas t-hitungnya
0.4784 > tingkat signifikan α= 5% yang artinya variabel tingkat pendidikan tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap fertilitas, variabel lama penggunaan alat
kontrasepsi memiliki probabilitas t-hitung 0.0000 < tingkat signifikan α= 5%
yang artinya variabel lama penggunaan alat kontrasepsi memiliki pengaruh
signifikan terhadap fertilitas dan variabel usia perkawinan pertama dengan
probabilitas t-hitung 0.0410 < tingkat signifikan α= 5% yang artinya variabel usia
perkawinan pertama memiliki pengaruh signifikan terhadap fertilitas di
Kecamatan Soko Kabupaten Tuban. Nilai koefisien determinasi berganda yang
dihasilkan dari penelitian ini adalah 50,26%, yang artinya sebesar 52,26%
fertilitas di Kecamatan Soko Kabupaten Tuban dipengaruhi oleh pendapatan
keluarga, tingkat pendidikan, lama penggunaan alat kontrasepsi dan usia
perkawinan pertama sedangkan 49,74% lain ditentukan oleh variabel lain yang
tidak dijelaskan dalam model.
Pada uji Asumsi Klasik, Uji Autokorelasi dilakukan dengan menggunakan
uji BG-LM Test dihasilkan nilai probablilitas X2 hitung sebesar 0.1418 > α= 5%
maka hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat permasalahan autokorelasi dalam
model. Uji heteroskedastisitas dengan metode Glejser dihasilkan nilai probabilitas
X2 hitung sebesar 0.1982 > α= 5%, menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat permasalahan heteroskedastisitas. Selanjutnya adalah Uji
multikolinearitas menunjukkan korelasi bebas antarvariabel tidak ada yang
bernilai lebih dari 0.8 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
multikolinearitas dalam model regresi dan terakhir berdasarkan Uji Normalitas
Jarque-Berra dihasilkan nilai probabilitas hitung sebesar 0.059776 > α= 5% maka
model empiris telah terdistribusi normal.