Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test pada Pokok Bahasan Hukum Termodinamika di SMA Kabupaten Bondowoso
Abstract
Fisika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam dan termasuk mata pelajaran wajib di SMA. Mata pelajaran fisika dianggap pelajaran yang sulit bagi siswa, sebagian siswa hanya menghafalkan rumus-rumus tanpa mempelajari konsep dari fisika itu sendiri. Beberapa siswa terkadang juga memiliki pemikiran sendiri mengenai konsep fisika, dimana pemikiran tersebut tidak sesuai dengan konsep para ahli. Karena sebelum mempelajari konsep fisika di sekolah, dalam kehidupan sehari-hari siswa telah menjumpai peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan konsep fisika. Dari peristiwa-peristiwa tersebut siswa akan mempunyai teori sendiri yang belum tentu benar. Sehingga sering terjadi kesalahan dalam memahami suatu konsep atau biasa disebut dengan miskonsepsi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan miskonsepsi yang dialami oleh siswa menggunakan Four-Tier Diagnostic Test pada materi Hukum Termodinamika di SMA Bondowoso. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI di SMAN 1 Tenggarang, SMAN 3 Bondowoso, dan SMAN 1 Pujer. Sampel yang dipilih untuk penelitian adalah kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Tenggarang, XI MIPA 2 SMAN 3 Bondowoso, dan XI MIPA1 SMAN 1 Pujer dimana dipilih menggunakan metode purposive sampling area. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini ialah metode dokumentasi, tes, dan wawancara. Instrumen yang digunakan berbentuk tes diagnostik pilihan ganda empat tingkat dan pedoman wawancara.
Data hasil tes diagnostik miskonsepsi menggunakan Four-tier Diagnostic Test dianalisis dan dikelompokkan terlebih dahulu dalam beberapa kategori, yaitu Paham, Tidak Paham Konsep, dan Miskonsepsi. Setelah diketahui kategorinya, peneliti menghitung besar persentasenya. Hasil dari perhitungan nilai persentase dituliskan dan digambarkan dalam bentuk tabel dan diagram. Setelah diketahui persentase siswa yang paham, tidak paham konsep, dan mengalami miskonsepsi, peneliti mengidentifikasi pada butir soal dan subbab apa saja siswa mengalami miskonsepsi serta mengelompokkan tingkat miskonsepsi siswa sesuai besar persentasenya.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diketahui rata-rata miskonsepsi yang dialami siswa SMAN A dalam mengerjakan soal tes pada pokok bahasan Hukum Termodinamika adalah sebesar 28,25%, dimana miskonsepsi ini tergolong rendah. Pada SMAN B rata-rata miskonsepsi yang dialami siswa dalam mengerjakan soal tes pada pokok bahasan Hukum Termodinamika adalah sebesar 24,21%, dan termasuk dalam miskonsepsi tingkat rendah. Sedangkan, pada SMAN C rata-rata miskonsepsi yang dialami siswa dalam mengerjakan soal tes pada pokok bahasan Hukum Termodinamika adalah sebesar 31,67% dimana tergolong dalam miskonsepsi tingkat sedang. Selain itu, hasil analisis data dan pembahasan menunjukkan bahwa siswa mengalami miskonsepsi dengan tingkatan sedang pada subbab proses-proses termodinamika dan efisiensi mesin carnot. Sedangkan, untuk miskonsepsi dengan tingkat rendah terjadi pada subbab perubahan energi dalam pada hukum 1 termodinamika, aplikasi hukum 1 termodinamika pada proses-proses gas ideal, dan entropi.
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Secara keseluruhan miskonsepsi yang dialami siswa pada pokok bahasan Hukum Termodinamika di SMA Bondowoso yang diwakilkan SMAN A sebagai SMA dengan kategori maju, SMAN B sebagai SMA dengan kategori menengah dan SMAN C sebagai SMA dengan kategori berkembang, sebesar 28,04% dengan siswa yang paham konsep sebesar 11,26%, dan siswa yang tidak paham konsep sebesar 60,26%.