Analisis Pembentukan Odontoblast-like Cell pada Pulpa Tikus Wistar (Rattus norvegicus) setelah Pemberian Gel Bioactive Glass Nano Silica dari Abu Ampas Tebu
Abstract
Pulpa gigi merupakan bagian dari struktur gigi berupa jaringan lunak yang
kaya akan pembuluh darah, terletak dalam suatu ruangan yang dikelilingi oleh
struktur jaringan keras gigi seperti dentin, sementum dan enamel. Pulpa gigi
berfungsi dalam proses dentinogenesis, imunologis, nutrisi dan proprioreseptor.
Pulpa gigi yang terkena iritan akan membentuk suatu barrier berupa jaringan yang
termineralisasi, yang disebut dentin tersier (Fuks, 2008). Proses pembentukan
dentin tersier bersifat reaksioner dan reparatif. Dentin reaksioner diproduksi oleh
sel odontoblast yang masih dapat bertahan hidup dari iritan, sedangkan dentin
reparatif dibentuk oleh odontoblast-like cell hasil diferensiasi sel mesenkim dental
papilla sebagai respon untuk menggantikan sel odontoblast yang mati akibat iritan
pada pulpa.
Pembentukan odontoblast-like cell dapat dirangsang dengan
mengaplikasikan bahan perangsang yang diletakkan di atas sisa lapisan dentin
maupun di atas pulpa yang terbuka sebagai bahan regenerasi dentin yang dapat
mengadsorbsi growth factors, terutama Transforming Growth Factor-β1 (TGF-β1)
yang ada di pulpa untuk menstimulasi terbentuknya odontoblast-like cell (Murray
et al., 2002). Penggunaan gel bioactive glass nano silica pada penelitian ini sebagai
bahan perangsang pembentukan odontoblast-like cell. Bahan gel bioactive glass
nano silica dapat berikatan dengan cairan tubuh membentuk lapisan
hydroxycarbonate apatite (HCA). Lapisan ini akan mengadsorbsi faktor
pertumbuhan Transforming Growth Factor-β1 (TGF-β1) yang berperan dalam
proses proliferasi dan diferensisasi sel mesenkim dental papilla menjadi
odontoblast-like cell.
Sampel pada penelitian ini adalah 16 ekor tikus wistar jantan yang dibagi
menjadi 4 kelompok, masing – masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus.
Kelompok kontrol pertama (C14), gigi molar pertama atas tikus dipreparasi dengan bur bulat pada bagian oklusal dengan kedalaman ± 1 mm, diperforasi menggunakan
ujung sonde, ditumpat sementara dengan caviton, lalu dieuthanasi pada hari ke-14.
Kelompok perlakuan pertama (BAG14), gigi molar pertama atas tikus dipreparasi
dengan bur bulat pada bagian oklusal dengan kedalaman ± 1 mm, diperforasi
menggunakan ujung sonde, diaplikasi bahan gel bioactive glass nano silica,
ditumpat sementara dengan caviton, lalu dieuthanasi pada hari ke-14. Kelompok
kontrol kedua (C28), gigi molar pertama atas tikus dipreparasi dengan bur bulat
pada bagian oklusal dengan kedalaman ± 1 mm, diperforasi menggunakan ujung
sonde, ditumpat sementara dengan caviton, lalu dieuthanasi pada hari ke-28.
Kelompok perlakuan kedua (BAG28), gigi molar pertama atas tikus dipreparasi
dengan bur bulat pada bagian oklusal dengan kedalaman ± 1 mm, diperforasi
menggunakan ujung sonde, diaplikasi bahan gel bioactive glass nano silica dan
ditumpat sementara dengan caviton, lalu dieuthanasi pada hari ke-28. Pengambilan
jaringan dilakukan pada region gigi yang mendapat perlakuan, lalu dibuat sediaan
preparat histologi dan dilakukan penghitungan jumlah odontoblast-like cell
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400X.
Hasil uji normalitas menggunakan shapiro wilk dan homogenitas
menggunakan uji levene dengan nilai signifikansi (p > 0,05) didapatkan hasil bahwa
data terdistribusi normal dan homogen dengan nilai signifikansi p > 0,05. Oleh
karena data terdistribusi normal dan homogen maka dilakukan analisis statistik
parametrik one way ANOVA. Hasil uji one way ANOVA menunjukan signifikansi
0,000 (p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan antar masing – masing kelompok.
Selanjutnya dilakukan uji post hoc LSD (least significant difference) untuk
mengetahui signifikansi perbedaan antar masing – masing kelompok. Hasil uji LSD
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar masing – masing
kelompok dengan nilai signifikansi p < 0.05.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
rerata jumlah odontoblast-like cell pada kelompok perlakuan lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut agar gel bioactive glass nano silica dapat digunakan sebagai alternatif bahan
regenerasi dentin.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]