Analisis Kapasitas Kabel Bawah Laut Terhadap Pertumbuhan Beban Pulau Bali Menggunakan Backpropagation Neural Network
Abstract
Saluran transmisi merupakan sebuah media yang digunakan dalam penyaluran
energi dari pusat pembangkit listrik menuju ke konsumen (pusat beban). Saluran
transmisi di Indonesia saat ini ada yang menggunakan sebuah sistem interkoneksi
seperti di Pulau Jawa dan Pulau Bali. Sistem ini merupakan sebuah sistem yang
terdiri dari pusat-pusat pembangkit listrik dan gardu-gardu induk yang dihubungkan
satu sama lain melalui saluran transmisi untuk melayani beban yang ada di gardu
induk. Keuntungan dari sistem interkoneksi adalah akan diperoleh keandalan dan
keekonomian biaya operasi yang lebih baik dan menjamin ketersediaan daya listrik
yang memadai dengan biaya pasokan yang minimum.
Pada proses penyaluran energi listrik antar pulau yang sudah terealisasikan
adalah menggunakan media transmisi bawah laut atau Saluran Kabel Laut Tegangan
Tinggi (SKLT). Sampai saat ini saluran kabel bawah laut yang ada di Indonesia
memiliki tegangan 150 kV yaitu interkoneksi Jawa-Bali dan Jawa-Madura. Kabel
bawah laut didesain agar dapat bertahan dari gelombang air laut, tekananan tinggi,
dan kekuatan alam lainnya.
Saluran Kabel Bawah Laut Tegangan Tinggi (SKLT) interkoneksi Jawa-Bali
saat ini telah beroperasi sebanyak empat sirkuit, yaitu sirkuit 1 & 2 Ketapang-
Gilimanuk yang beroperasi mulai tahun 1999 dan sirkuit 3 & 4 yang beroperasi mulai
tahun 2014. SKLT interkoneksi Jawa-Bali memiliki Kapasitas Hantar Arus (KHA)
maksimum sebesar 612 A dan daya maksimum sebesar 91.8 MW pada sirkuit 1 & 2.
Sedangkan pada sirkuit 3 & 4 memiliki Kapasitas Hantar Arus (KHA) maksimum
sebesar 709.7 A dan daya maksimum sebesar 106.45 MW, sehingga total daya listrik
yang dapat ditransfer melalui SKLT interkoneksi Jawa-bali sebesar 396.5 MW namun menurut Standart PLN (SPLN) arus atau daya yang diperbolehkan untuk mengalir
pada suatu konduktor tidak boleh melebihi 80% dari total daya suatu konduktor, jadi
daya yang diperbolehkan untuk ditransfer melalui SKLT ini sejumlah 356.74 MW.
Beban listrik yang ada dipulau Bali sangat bergantung pada pembangkit listrik
yang ada di Pulau Jawa, Sekitar 40 % beban listrik pulau Bali di penuhi dari sejumlah
pembangkit yang ada di pulau Jawa melalui Saluran Kabel Bawah Laut (SKLT).
Pemenuhan kebutuhan energi listrik dari pulau jawa ini dikarenakan sesuai dengan
visi pemerintah provinsi Bali yaitu clean and green maka pembangunan dan
pengoperasian PLTU batubara skala besar di Bali sulit dilakukan. Mengingat bahwa
pembakaran batubara dapat meningkatkan emisi GRK (gas rumah kaca) yang dapat
mencemari lingkungan terutama daerah wisata. Selain itu juga transfer dari pulau
jawa dapat menurunkan biaya produksi listrik di Bali yang selama ini dilayani dengan
pembangkit BBM. Saat ini total jumlah pembangkit yang ada di pulau Bali memiliki
kapasitas sebesar 1011,4 MW dengan energi mampu sebesar 859,69 MW.
Beban listrik di pulau Bali tiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup
besar, hal ini akan berpengaruh langsung terhadap SKLT interkoneksi Jawa-Bali,
apabila beban yang ada dipulau Bali melampaui batas dari maksimal KHA SKLT,
maka akan terjadi over load dan akan menyebabkan berbagai macam kerugian seperti
balck out. Berdasarkan hasil peramalan, diperkirakan pada tahun 2018 beban puncak
yang ada di pulau bali akan mencapai nilai sebesar 908,88 MW dan 40 % dari beban
tersebut yaitu 363,5 MW penyalurannya melewati SKLT. Sedangkan beban
maksimum yang diperbolehkan oleh SKLT yaitu sebesar 356.5 MW. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2018 SKLT interkoneksi Jawa-Bali mencapai batas
maksimum penyaluran energi listrik ke pulau Bali.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4152]