MODIFIKASI SELULOSA BAKTERI MENGGUNAKAN METODE HIDROLISIS ASAM UNTUK ADSORPSI BSA
Abstract
Selulosa bakteri (BC) dapat dimodifikasi melalui proses kimia dan fisik
untuk meningkatkan nilai kegunaannya dalam aplikasi yang lebih luas. Metode
hidrolisis asam sulfat dipilih dalam penelitian ini, dikarenakan hasil dari proses
tersebut akan memiliki kestabilan dalam suspensi yang lebih tinggi, metodenya
lebih sederhana, dan lebih baik dalam menghilangkan bagian amorf. Muatan
negatif pada selulosa bakteri termodifikasi akan membuat suspensi bersifat lebih
stabil dan merupakan salah satu faktor terpenting dalam interaksi protein terkait
dengan sifat adsorpsi. Proses adsorpsi sangat bergantung pada kondisi larutan
seperti pH dan kekuatan ionik. Proses adsorpsi BSA dengan selulosa bakteri
melalui modifikasi fosforilasi diperoleh data optimum adsorpsi pada pH 3,8-4,8.
Modifikasi menggunakan asam sulfat pada selulosa bakteri perlu dilakukan
optimasi untuk pH dan kekuatan ionik. Hal ini dikarenakan kedua faktor tersebut
berpengaruh dalam proses adsorpsi BSA. Modifikasi selulosa bakteri
menggunakan asam sulfat diharapkan akan memberikan nilai adsorpsi terhadap
BSA lebih baik karena adanya penambahan gugus ester-sulfat yang bermuatan
negatif.
Modifikasi selulosa bakteri dilakukan dengan metode hidrolisis asam.
Proses hidrolisis asam dilakukan menggunakan larutan asam sulfat 50% selama
90 menit. Metode hidrolisis asam akan memutus bagian amorf pada ikatan
glikosidik rantai selulosa. Modifikasi selulosa bakteri secara fisik menggunakan
ultrasonikasi dengan output 3 dan duty cycle 30% pada tegangan 100 V selama 5
menit. Selulosa bakteri (BC) dan selulosa bakteri termodifikasi (BC-m)
dikarakterisasi menggunakan FTIR dan XRD untuk menentukan perbedaan gugus
fungsi dan derajat kristalinitas. BC-m ditentukan jumlah gugus muatan negatif menggunakan metode titrasi konduktometri. Kemampuan BC dan BC-m dalam
mengadsorp BSA diukur mengggunakan metode spektrofotometri untuk
mendapatkan nilai adsorpsi BSA dengan variasi pH 3, 4, 5, dan 6, serta
konsentrasi NaCl 0,02; 0,04; 0,06; dan 0,08 M.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, modifikasi selulosa bakteri
menggunakan asam sulfat menghasilkan perbedaan spektrum serapan pada IR dan
XRD. Analisis FTIR pada BC-m menunjukkan perbedaan dengan menghilangnya
puncak serapan pada bilangan gelombang 896,93 cm-1 yaitu serapan CH, C-O-C
ikatan glikosidik dan munculnya puncak serapan baru pada bilangan gelombang
796,63 cm-1 yang merupakan serapan dari gugus tiosulfat. Hasil analisis XRD
juga menunjukkan perbedaan derajat kristalinitas pada kedua sampel, masingmasing
adalah 77,71% (BC) dan 84,04% (BC-m). Jumlah gugus muatan tiosulfat
yang dihasilkan untuk BC-m adalah 15,66 mmol.Kg-1. Adsorpsi pada BC dan BCm
untuk variasi pH sama-sama menunjukkan nilai optimum pada pH 3. Akan
tetapi nilai adsorpsi BC-m lebih tinggi yaitu 150,35 mg/g jika dibandingkan
dengan BC yaitu 99,160 mg/g. Variasi kekutaan ionik juga menunjukkan nilai
optimum yang sama pada konsentrasi NaCl 0,02M. Nilai adsorpsi untuk BC-m
sebesar 169,48 mg/g sedangkan untuk BC sebesar 145,82 mg/g. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada konsentrasi garam 0,02 M protein memiliki kelarutan
yang tinggi, serta BC-m memiliki gugus muatan negatif untuk interaksi secara
elektrostatik dengan BSA. Modifikasi selulosa bakteri menggunakan asam sulfat
mampu meningkatkan nilai adsorpsi pada variasi pH dan kekuatan ionik masingmasing
sebesar 27,44% dan 13,96%.