DINAMIKA KESENIAN TRADISIONAL REOG PONOROGO DI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 1990-2015
Abstract
Awal mula munculnya kesenian Reog Lumajang dirintis oleh imigran Ponorogo. Imigran Ponorogo datang ke Lumajang sekitar tahun 1908. Secara konseptual, jika migrasi telah terjadi maka ekologi desa yang baru akan mengalami perubahan. Perubahan yang dialami baik secara sosial, kultur, maupun sosiologis-agronomis (Sajogya dan Sajogya 1974:57). Sama halnya yang terjadi pada masyarakat Ponorogo yang migrasi ke Kabupaten Lumajang. Sehingga imigran membawa keberagaman budaya. Beragamnya perkembangan dan perubahan terjadi dari segi bahasa, seni, budaya, tradisi masyarakat Lumajang setelah terjadinya migrasi dari Ponorogo. Dinamika kesenian tradisional Reog Ponorogoyang ada di Kecamatan YosowilangunKabupaten Lumajang mulai awal berdirinya 1990 sampai 2015. Adapun alasan peneliti subjektifnya sebagai berikut (1) pelaksanaan kesenian tradisional Reog di Kabupaten Lumajang mengalami suatu perkembangan, perubahan dan kesinambungan dalam komponen pementasannya meliputi tata panggung dan perlengkapan, kostum, tari pengiring, tari pengiring dan juga penonton. (2) bukan hanya itu, kesenian tradisional Reog di Lumajang memiliki keunikan tersendiri. Salah satu keunikannya yaitu tarian pengiringnya menggunakan icon khas Lumajang yaitu Jaran Kencak. Beberapa tari kreasi sebagai tarian pengiring juga mendukung pelaksanaan pertunjukan. Tujuan dari peneliti adalah untuk menganalisis perkembangan, perubahan, kesinambungan kesenian tradisional Reog Ponorogo Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang tahun 1990-2015.
Langkah pertama dalam penelitian ialah heuristik berupa upaya untuk mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang terkait dengan Reog. Pengumpulan sumber yang dilakukan ialah berupa mengumpulkan informasi-informasi dari yang menyaksikan dan terlibat langsung dalam kesenian tradisional pertunjukan Reog. Sumber primer yang tertulis di gunakan oleh peneliti dalam suatu penelitian ini berupa dokumen-dokumen yang didapatkan oleh beberapa instansi pemerintah. Sedangkan sumber sekunder tertulis berupa laporan-laporan penelitian tentang Kesenian Tradisional Reog Ponorogo, buku metodologi penelitian, jurnal, artikel-artikel dari internet. Sumber lisan merupakan sumber primer yang diperoleh melalui kegiatan wawancara. Sumber primer yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan pemilik dan seniman Reog. Sumber-sumber yang terkumpul maka kegiatan selanjutnya adalah kritik sumber. Kegiatan kritik eksteren dalam penelitian ini adalah menyelidiki keaslian sumber dengan jalan melihat secara fisik sumber yang diperoleh. Sedangkan didalam kritik intern peneliti berusaha melakukan penyelidikan terhadap substansi (isi) dengan cara membandingkan agar terdapat keterangan yang benar-benar valid. Penerapan dalam penelitian ini adalah dirangkaiannya fakta sejarah menjadi suatu kisah (cerita sejarah) yang logis dan kronologis. Proses analisis dan sintesis kajian untuk keperluan interprestasi akan lebih mudah dilakukan bila menggunakan beberapa pendekatan teori. Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah langkah Historiografi.
Pada tahun 1990-2015 unsur- unsur kesenian Reog Ponorogo yang mengalami perkembangan, mengalami suatu perubahan Pada tahun 1990-1995 belum ada kesinambungan antara perkembangan perubahan dalam setiap komponen atau unsur. Namun setiap unsur pokok dan unsur tambahan saling dibutuhkan. Antara unsur pokok dan unsur tambahan harus ada dan saling berkaitan satu sama lain. Pada tahun 1995-2015 mengalami kesinambungan antara unsur-unsur tambahan dalam perkembangan dan perubahan.